Selasa, 27 Januari 2015

9. BAB TANDA I'ROB ROFA' UNTUK DHOMMAH



※ Berkata Ibnu Ajurrum Rahimahullah :

بَابُ مَعْرِفَةِ عَلَامَاتِ الْإِعْرَابِ
 لِلرَّفْعِ أَرْبَعُ عَلَامَاتٍ: الضَّمَّةُ وَالْوَاوُ وَالْأَلِفُ وَالنُّونُ.


* Bab Mengenal Tanda-tanda I’rab
Rafa’ memiliki empat tanda : dhammah, wawu, alif, dan nun.

※ Berkata Syeh Muhammad Muhyidin :

* Engkau dapat mengenali bahwa suatu kata adalah marfu’ dengan adanya salah satu tanda dari empat tanda ini.Satu diantaranya tanda adalah yang asli yaitu dhammah,sedangkan tiga tanda lainnya adalah cabang dari dhammah yaitu,wawu, alif,dan nun.

※ Berkata Ibnu Ajurrum Rahimahullah :

فَأَمَّا الضَّمَّةُ فَتَكُونُ عَلَامَةً لِلرَّفْعِ فِي أَرْبَعَةِ مَوَاضِعَ: الْإِسْمِ الْمُفْرَدِ وَجَمْعِ التَّكْسِيرِ وَجَمْعِ الْمُؤَنَّثِ السَّالِمِ
وَالْفِعْلِ الْمُضَارِعِ الَّذِي لَمْ يَتَّصِلْ بِآخِرِهِ شَيْءٌ.

* Adapun dhammah menjadi tanda rafa’ pada empat tempat: isim mufrad, jamak taksir, jamak muannats salim, dan fi’il mudhari’ yang tidak bersambung dengan sesuatu apapun di akhirnya.

※ Berkata Syeh Muhammad Muhyidin :

* Dhammah menjadi tanda rafa’ suatu kata pada empat tempat :

1. Isim mufrad
2. Jamak taksir
3. Jamak muannats salim
4. Fi’il mudhari’ yang tidak bersambung dengan alif tatsniyah, wawu jama’ah, ya` mukhathabah, nun taukid baik yang khafifah ataupun yang tsaqilah, dan nun niswah.

★ ISIM MUFROD.
Yang dimaksud isim mufrad adalah isim yang bukan mutsanna, jamak, dan bukan pula yang termasuk dari asma`ul khamsah. Sama saja apakah isim itu mudzakkar, seperti :

* مُحَمَّدٌ، وَعَلِيٌّ، وَحَمْزَةُ,

ataukan muannats, seperti :

* فَاطِمَةُ، وَعَائِشَةُ، وَزَيْنَبُ.

Dan sama saja juga apakah dhammahnya nampak seperti pada contoh

* حَضَرَ مُحَمَّدٌ dan سَافَرَتْ فَاطِمَةُ,

ataukah tersembunyi seperti

* حَضَرَ الْفَتَى وَالْقَاضِي وَأَخِي

dan

* تَزَوَّجَتْ لَيْلَى وَنُعْمَى.

* Maka, مُحَمَّدٌ dan فَاطِمَةُ keduanya marfu’ dan tanda rafa’nya dhammah zhahirah/nampak.

* Dan الْفَتَى, لَيْلَى, dan نُعْمَى semuanya marfu’ dan tanda rafa’nya adalah dhammah muqoddarah/tersembunyi pada huruf alif, yang menghalangi munculnya harakat dhammah adalah karena faktor ta'adzur.

* Dan الْقَاضِي adalah marfu’ dan tanda rafa’nya adalah dhammah yang tersembunyi pada huruf ya`, yang mencegah dari munculnya dhammah adalah adanya tsaql.

* Dan أَخِي adalah marfu’, tanda rafa’nya adalah dhammah yang tersembunyi pada sebelum huruf ya` mutakallim, tercegah munculnya dhammah karena menyesuaikan harakat.

★ JAMAK TAKSIR
Jamak taksir adalah kata yang menunjukkan lebih dari dua disertai perubahan pada bentuk mufradnya.

* Jenis perubahan yang terdapat pada jamak taksir ada enam :

1. Perubahan harakatnya saja,

contoh :

* أَسَدٌ وَأُسْدٌ dan نَمِرٌ وَنُمُرٌ

Huruf mufrad dan jamak pada dua contoh ini adalah sama, dan beda antara isim mufrad dan jamak di sini hanya pada harakatnya.

2. Perubahan berupa pengurangan huruf saja,

contoh :

* تُهَمَةٌ وَتُهَمٌ dan تُخَمَةٌ وَتُخَمٌ

Engkau dapati bahwa bentuk jamaknya kurang satu huruf pada dua contoh ini - yaitu huruf ta`- dan huruf sisanya tetap pada bentuk mufrad.

3. Perubahan berupa penambahan huruf saja,

contoh :

* صِنْوٌ وَصِنْوَانٌ

seperti pada firman Allah ta’ala:

* صِنْوَانٌ وَغَيْرُ صِنْوَانٍ

4. Perubahan pada harakat disertai pengurangan huruf,

contoh:

* سَرِيرٌ وَسُرُرٌ,

* كِتَابٌ وَكُتُبٌ,

* أَحْمَرُ وَحُمْرٌ,

* وَأَبْيَضُ وَبَيْضٌ.

5. Perubahan pada harakat disertai penambahan huruf,

contoh :

* سَبَبٌ وَأَسْبَابٌ,

* بَطَلٌ وَأَبْطَالٌ,

* هِنْدٌ وَهُنُودٌ,

* سَبُعٌ وَسِبَاعٌ,

* ذِئْبٌ وَذِئَابٌ

* شُجَاعٌ وَشُجْعَانٌ

6. Perubahan pada harakat disertai penambahan dan pengurangan huruf sekaligus,

contoh :

* كَرِيمٌ وَكُرَمَاءُ,

* رَغِيفٌ وَرُغْفَانُ,

* كَاتِبٌ وَكُتَّابٌ,

* أَمِيرٌ وَأُمَرَاءُ.

* Seluruh jenis-jenis jamak taksir ini dirafa’ dengan dhammah, sama saja apakah termasuk dari jamak mudzakkar,
seperti :

* رِجَالٌ، وَكُتَّابٌ

atau muannats, seperti :

* هُنُودٌ، وَزَيَانِبُ.

* Dan sama saja pula apakah dhammahnya nampak seperti pada contoh-contoh tersebut ataukah tersembunyi
seperti :
* سُكَارَى، وَجَرْحَى

* عَذَارَى,ﻭَ حَبَالَى

Contoh :

* قَامَ الرِّجَالُ وَالزَّيَانِبُ,

* Engkau dapati dua kata yang marfu’ dengan dhammah yang nampak.

Contoh :

* حَضَرَ الْجَرْحَى وَالْعَذَارَى,

* Setiap kata dari الْجَرْحَى dan الْعَذَارَى adalah marfu’ dengan dhammah muqaddarah pada huruf alif, ta’adzdzur adalah mencegah dari munculnya dhammah.


★ JAMAK MUANNATS SALIM
Adapun jamak muannats salim adalah isim yang menunjukkan lebih dari dua dengan tambahan huruf alif dan ta` di akhirnya.

* Contoh :

* زَيْنَبَاتٌ، وَفَاطِمَاتٌ، وَحَمَّامَاتٌ.

* Engkau ucapkan :

* جَاءَ الزَّيْنَبَاتُ، وَسَافَرَ الْفَاطِمَاتُ.

* Zainab zainab itu datang dan fatimah fatimah itu bepergian

* Maka الزَّيْنَبَاتُ dan الْفَاطِمَاتُ

Adalah dua jamak muannats salim yang marfu’, tanda rafa’nya dhammah zhohirah/yang nampak.

* Pada jamak muannats salim tidak terjadi dhommah yang muqoddaroh/tersembunyi kecuali jika disandarkan/di idhafahkan kepada huruf ya` mutakallim,

* Seperti :

* هَذِهِ شَجَرَاتِي وَبَقَرَاتِي

* Ini adalah pohon pohonku dan sapi sapi betinaku

* Dan jika huruf alif pada kata tersebut bukan alif zaidah/tambahan , karena memang sudah ada pada bentuk mufradnya,

*Seperti :

* الْقَاضِي وَالْقُضَاةُ، وَالدَّاعِي وَالدُّعَاةُ,

* Maka kata itu bukan jamak muannats salim, tetapi dia dikategorikan dalam jamak taksir.

* Demikian pula apabila huruf ta` bukan tambahan, tapi memang sudah ada pada bentuk mufradnya,

* Seperti :

* مَيْتٌ وَأَمْوَاتٌ، وَبَيْتٌ وَأَبْيَاتٌ، وَصَوْتٌ وَأَصْوَاتٌ

* Maka kata kata itu masuk ke dalam jamak taksir dan bukan jamak muannats salim.

★ FI'IL MUDHORI'
Adapun fi’il mudhari’

* seperti

* يَضْرِبُ dan يَكْتُبُ,

* Kedua fi’il ini adalah marfu’. Tanda rafa’nya adalah dhammah yang nampak.

* Begitu pula

* يَدْعُو dan يَرْجُو

* Kedua fi'il ini adalah marfu’ dan tanda rafa’nya adalah dhammah yang tersembunyi pada huruf wawu, yang menghalangi munculnya harokat dhommah pada kedua fi'il tersebut adalah karena tsaql/berat pengucapannya

* Begitu pula

* يَقْضِي dan يُرْضِي,

*Kedua fi'il ini adalah marfu’, tanda rafa’nya adalah dhammah muqaddarah juga,yang menghalangi munculnya harokat dhommah karena ta'adzur/sulit pengucapannya.

* Dan ucapan kami :

Yang tidak tersambung dengan alif tatsniyah, wawu jama’ah, atau ya` mukhathabah , dengan batasan ini fi'il fi'il yang bersambung dengan salah satu dari ke tiga hal tersebut tidak di rofa kan dengan dhommah,

* Fi'il yang bersambung dengan alif tatsniyah

* Seperti :

 يَكْتُبَانِ dan يَنْصُرَانِ,

* Fi'il yang bersambung dengan wawu jama’ah

* Seperti :

* يَكْتُبُونَ dan يَنْصُرُونَ,

* Fi'il yang bersambung dengan ya` mukhathabah

* Seperti :

 تَكْتُبِينَ dan تَنْصُرِينَ,

* Jika fi'il fi'il tadi  bersambung dengan hal hal diatas, tidak dirafa’kan dengan dhammah, namun dirafa’ dengan tetapnya nun.

* Sedangkan alif, wawu, dan ya` pada fi'il fi'il itu adalah fa’ilnya, dan penjelasan hal ini akan datang.

* Dan ucapan kami

Yang tidak bersambung nun taukid yang khafifah atau yang tsaqilah, dengan batasan ini  fi'il fi'il mudhori' yang bersambung dengan salah satu nun taukid ini tidak di rofa'kan dengan dhommah,

* Seperti firman Allah ta’ala :

 لَيُسْجَنَنَّ وَلَيَكُونَنَّ مِنَ الصَّاغِرِينَ,

Akan tetapi fi'il (yang bersambung dengan nun taukid) tersebut mabni diatas fathah

* Dan ucapan kami :

Dan tidak bersambung dengan nun niswah, dengan batasan ini, maka fi'il mudhori' yang bersambung dengan nun niswah tidak di rofa'kan dengan dhommah.

* Seperti firman Allah subhanahu wa ta’ala :

 وَالْوَالِدَاتُ يُرْضِعْنَ,

* Fi’il tersebut (yakni yang bersambung dengan nun niswah) mabni diatas sukun.


★ Sumber :

* Terjemah Tuhfatussaniyah Muhammad Muhyidin Hal 40-47

* http://ismailibnuisa.blogspot.in/2013/06/at-tuhfatus-saniyyah-tanda-tanda-rafa.html

※ Forum Belajar Bahasa Arab ※

Kamis, 22 Januari 2015

8. BAB MACAM I'RAB


 ※ Berkata Ibnu Ajurrum Rahimahullah :

وَأَقْسَامُهُ أَرْبَعَةٌ ﺭَﻓْﻊٌ وَنَصْبٌ وَخَفْضٌ وَجَزْمٌ. فَلِلْأَسْمَاءِ مِنْ ذَلِكَ الرَّفْعُ وَالنَّصْبُ وَالْخَفْضُ وَلَا جَزْمَ فِيهَا. وَلِلْأَفْعَالِ مِنْ ذَلِكَ الرَّفْعُ وَالنَّصْبُ وَالْجَزْمُ وَلَا خَفْضَ فِيهَا.

Pembagian i’rab ada empat : rafa’, nashab, khafdh, dan jazm. Isim dapat menerima i’rab rafa’, nashab, dan khafdh; tidak menerima jazm padanya. Fi’il dapat menerima i’rab rafa’, nashab, dan jazm ; dan tidak menerima khafdh padanya.

※ Syeh Muhammad Muhyidin Berkata :

* Macam macam i’rab yang terjadi pada isim dan fi’il ada empat: rafa’, nashab, khafdh, dan jazm. Masing masing kata ini mempunyai makna dari sisi bahasa dan makna secara istilah ahli nahwu.

1. Adapun rafa’ secara bahasa artinya al 'uluwwun/tinggi dan al irtifaa'/naik. Secara istilah adalah perubahan khusus yang ditandai dengan dhammah atau tanda lain yang menggantinya. Sebentar lagi engkau akan tahu apa pengganti dhammah pada pasal yang akan datang, insya Allah.

* I'rab Rafa’ yang terjadi pada isim dan fi’il,

* Contoh :

 يَقُومُ عَلِيٌّ  - Ali sedang berdiri

 يَصْدَحُ الْبُلْبُلُ - Burung bulbul itu bekicau

2. Adapun nashab secara bahasa adalah al istiwaa/tegak dan al istifaamah/lurus. Secara istilah nashab adalah perubahan khusus yang ditandai dengan fathah atau yang menggantikannya. Nashab terdapat pada isim dan fi’il juga.

* Contoh :

لَنْ أُحِبَّ الْكَسَلَ - Saya tidak suka kemalasan


3. Adapun khafdh secara bahas
 adalah attasafful/menurunkan. Secara istilah, khafdh adalah perubahan khusus yang ditandai dengan kasrah atau yang menggantikannya. Khafdh hanya terdapat pada isim.

* Contoh :

تَأَلَّمْتُ مِنَ الْكَسُولِ -
Saya merasa sakit dari orang orang yang malas

4. Adapun jazm secara bahasa adalah al qoth'u/memotong. Secara istilah, jazm adalah perubahan khusus yang ditandai dengan sukun atau yang menggantikannya. Jazm hanya terdapat pada fi’il mudhari’.

* Contoh :

لَمْ يَفُزْ مُتَكَاسِلٌ -
Orang yang bermalas malasan tidak akan.meraih keberhasilan

* Anda telah mengetahui bahwa i’rab terbagi menjadi tiga bagian :

1. Bagian yang bisa masuk pada isim dan fi'il, yakni rafa’ dan nashab

2. Bagian khusus untuk isim, yaitu khafdh

3. Bagian khusus untuk fi’il, yaitu jazm.

 ★ Sumber :

* Terjemah Tuhfatus Saniyah Muhammad Muhyidin Hal 38-39

* http://ismailibnuisa.blogspot.in/2013/06/at-tuhfatus-saniyyah-macam-macam-irab.html

※ Forum Belajar Bahasa Arab ※

Selasa, 20 Januari 2015

7. BAB AL BINA'



※ Berkata Syeh Muhammad Muhyidin Abdul Hamid Al Mishri

* Kebalikan dari i’rab adalah bina`. Masing.masing dari kata itu akan tergambar secara jelas dengan menjelaskan kata yang lainnya.


* Penulis Ibnu Ajurrum Rahimahullah tidak menjelaskan al bina` kepada anda , kami akan menjelaskan kepadamu sebagimana kami menjelaskan al i’rab. Maka, kami katakan :

* Bina memiliki dua makna: secara bahasa dan secara istilah.

* Adapun makna bina` secara bahasa adalah ungkapan untuk meletakkan sesuatu barang di atas sesuatu barang yang lain dengan cara tertentu, hal itu dilakukan agar barang tersebut tersusun mantap/kokoh dan tidak berpindah pindah/tetap.

* Adapun makna bina` secara istilah adalah tetapnya dan tidak berubahnya akhir kata pada satu keadaan tertentu, walaupun amil yang memasukinya berbeda beda,bukan pula karena i'tilal/kata yang diakhiri dengan huruf illah(alif,wawu,ya)

* Contohnya adalah

tetapnya sukun pada كَمْ dan مَنْ,

tetapnya kasrah pada هَؤُلَاءِ, حَذَامِ, dan أَمْسِ,

tetapnya dhammah pada مُنْذُ dan حَيْثُ,

dan tetapnya fathah pada كَيْفَ ـ ﺃَﻳْﻦَ
ٍ
* Dari penjelasan diatas dapat anda ketahui bahwa tanda bina` ada empat :

sukun, kasrah, dhammah, dan fathah.

* Setelah penjelasan diatas , maka tidak sulit bagi anda untuk mengetahui definisi mu'rab dan mabni

* Mu’rab adalah kata yang bisa berubah keadaan akhirnya baik secara lafazh atau taqdir/tersembunyi dengan sebab perubahan ‘amil-’amil yang mendahuluinya.
* Mabni adalah kata yang keadaan akhirnya tetap pada suatu keadaan,walaupun amil yang mendahuluinya berubah dan bukan karena i'tilal (kata yang diakhiri dng huruf illah)

★ Sumber :

* Terjemah Tuhfatus Saniyah Muhammad Muhyidin Hal 34-35

* http://ismailibnuisa.blogspot.in/2013/06/at-tuhfatus-saniyyah-bina.html


※ Forum Belajar Bahasa Arab ※

Minggu, 18 Januari 2015

6. BAB I'ROB



※ Ibnu Ajurrum Rahimahullah Berkata :


※ بَابُ الْإِعْرَابِ
الْإِعْرَابُ هُوَ تَغْيِيرُ أَوْاخِرِ الْكَلِمِ لِإِخْتِلَافِ الْعَوَامِلِ الدَّاخِلَةِ عَلَيْهَا لَفْظًا أَوْ تَقْدِيرًا
.

* Bab I’rab
I’rab adalah perubahan yang terjadi pada akhir kata dikarenakan perbedaan ‘amil-’amil yang masuk padanya baik perubahan lafazh atau perubahan yang tidak tampak/diperkirakan keberadaannya.

※ Berkata Muhammad Muhyidin :

* I’rab mempunyai dua makna : secara bahasa dan secara istilah.

* Adapun makna i’rab secara bahasa adalah al izhhaaru yakni menampakkan/menjelaskan dan al ibaanah yakni menyatakan/menerangkan.

※ Contoh :
※ أَعْرَبْتُ عَمَّا فِي نَفْسِي,

Jika engkau menampakkan dan menyatakan apa yang di dalam dirimu.

* Adapun makna i’rab secara istilah adalah apa yang penulis sebutkan dengan ucapannya :
※ تَغْيِيرُ أَوَاخِرِ الْكَلِمِ...

sampai selesai.

Maksud dari perubahan akhir kata adalah perubahan keadaan-keadaan akhir kata itu. Tidaklah dipahami, bahwa yang dimaksudkan perubahan itu adalah perubahan huruf akhir kata tersebut, karena akhir dari kata itu sendiri tidak berubah.

* Perubahan keadaan akhir kata adalah ungkapan dari perubahannya dari rafa’ ke nashab atau jar, baik secara hakikat atau secara hukum.

* Perubahan ini terjadi karena perbedaan ‘amil-’amil (yang memasukinya).baik berupa ‘amil yang menjadikan rafa’ dikarenakan kata itu berkedudukan sebagi fa’il/pelaku atau yg lainnya, kepada amil lainnya yang dapat membuatnya menjadikan nashab dikarenakan kata itu berkedudukan maf’ul , dan begitu seterusnya.

* Misalnya, jika engkau katakan

※ حَضَرَ مُحَمَّدٌ,

Muhammad telah hadir

Kata مُحَمَّدٌ adalah marfu’, karena dipengaruhi oleh amil yang menjadikan kata tersebut rafa’ karena kata itu berkedudukan sebagai  fa’il. ‘Amil nya adalah fi'il حَضَرَ.

* Jika engkau katakan :

※ رَأَيْتُ مُحَمَّدًا,

Aku telah melihat muhammad

* Maka berubahlah akhir kata مُحَمَّد menjadi nashab. Karena perubahan ‘amil yang memasukinya yang membuatnya menjadi nashab yaitu رَأَيْتُ.

* Jika engkau katakan :

※ حَظَيْتُ بِمُحَمَّدٍ,

Saya telah melewati muhammad

* Maka berubahlah keadaan akhir kata itu menjadi jar. Karena disebabkan perubahan ‘amil lain yang menjadikan kata itu menjadi jar/kasroh yaitu huruf ba`.

* Jika engkau perhatikan pada contoh-contoh ini, akan tampak padamu bahwa akhir kata - yaitu huruf dal pada مُحَمَّدٍ - tidaklah berubah.Namun yang berubah adalah keadaan huruf akhir kata itu.

* Maka engkau melihat bahwa keadaan akhir kata itu marfu’ pada contoh pertama, manshub pada contoh kedua, dan majrur pada contoh ketiga. Dan perubahan dari keadaan rafa’ menjadi nashab menjadi jar itulah yang dinamakan i’rab menurut penulis dan yang sepemahaman dengan beliau. Dan tiga harakat ini - yaitu rafa’, nashab, dan jar - adalah alamat dan tanda dari i’rab.

* Adapun semisal dengan isim dalam masalah i'rob ini adalah fi’il mudhari’,

* Jika engkau katakan :

※ يُسَافِرُ إِبْرَاهِيمُ,

Ibrahim sedang melakukan perjalanan jauh

* Maka يُسَافِرُ adalah fi’il mudhari’ marfu’ karena tidak ada ‘amil yang menyebabkan nashab atau ‘amil yang menyebabkan jazm.
* Jika engkau katakan :

※ لَنْ يُسَافِرَ إِبۡرَاهِيمُ,

Ibrahim tidak akan melakukan perjalanan jauh

* Maka berubahlah keadaan يُسَافِرُ dari rafa’ menjadi nashab. Karena perubahan ‘amil dengan ‘amil yang menyebabkan nashab, yaitu لَنْ.

* Jika engkau katakan :

※ لَمْ يُسَافِرۡ إِبۡرَاهِيمُ,

Ibrahim tidak melakukan perjalanan jauh


* Berubahlah keadaan يُسَافِرُ dari rafa’ atau nashab menjadi jazm. Karena perubahan ‘amil dengan ‘amil lain yang menyebabkan jazm, yaitu ْلَم

* Ketahuilah, bahwa perubahan keadaan akhir kata ini terbagi menjadi dua bagian: perubahan lafazh dan perubahan taqdir/diperkirakan ada.

* Adapun perubahan lafazh adalah apa yang tidak ada faktor penghalang apapun untuk diucapkan, sebagaimana yang telah engkau lihat pada harakat huruf dal dari مُحَمَّدٌ dan harakat huruf ra` dari يُسَافِرُ.
َ
* Adapun perubahan yang tidak nampak adalah apa yang menghalangi dari dilafazhkannya disebabkan faktor tertentu baik berupa ta’adzdzur/tanda i'rab yang tidak dapat ditampak selamanya, tsaqel/berat untuk diucapkan , atau munasabah/menyesuaikan dng harokat yang cocok.

* Contoh :

※ يَدۡعُو الۡفَتَى وَالۡقَاضِي وَغُلَامِي.

Berdoa/memanggil,pemuda,hakim,
anak muda

* Maka يَدۡعُو marfu’ karena tidak ada yang menashabkan dan menjazmkan. الۡفَتَى marfu’ karena merupakan fa’il.Begitu pula الۡقَاضِي وَغُلَامِي marfu’ karena keduanya di’athafkan/disambungkan kepada fa’il yang marfu’ yaitu ﺍﻟﻔﺘﻰ. Akan tetapi,harakat dhammah tidak nampak pada akhir kata-kata tersebut. Disebabkan faktor ta’adzdzur pada kata الۡفَتَى, tsaqel pada kata يَدۡعُو dan kata الۡقَاضِي , dan karena munasabah/menyesuaikan dengan ya` mutakallim pada kata غُلَامِي. Sehingga harakat dhammah muqoddar/disembunyikan pada akhir tersebut, dan yang menghalangi penampakan harokat adalah karena ta’adzdzur, tsiqal, atau munasabah.

* Kamu katakan

※ لَنْ يَرْضَى الْفَتَى وَالْقَاضِي وَغُلَامِي

Sesungguhnya hakim dan budakku tidak ridho

※ إِنَّ الْفَتَى وَغُلَامِي لَفَائِزَان

Sesungguhnya pemuda dan budakku memperoleh keberuntungan
ِ
※.مَرَرْتُ بِالْفَتَى وَغُلَامِي وَالْقَاضِي

Saya telah melewati pemuda itu,budakku dan hakim

* Maka, isim yang diakhiri dengan huruf alif lazimah,maka seluruh harokatnya di taqdirkan, karena faktor ta’adzdzur, isim yang diakhiri dengan alif dinamakan isim maqshur.

* Contoh :

※ الْفَتَى وَالْعَصَا وَالحجَى وَالرَّحَى وَالرِّضَا

* Dan isim yang diakhiri dng ya` lazimah,harokat.dhummah,kasroh ditaqdirkan karena tsaqel, dan dinamakan dengan isim manqush. Adapun ketikan kata itu di.nashobkan dng fathah maka harokat fathahnya ditampakkan karena ringannya(saat diucapkan)

 * Contoh :

※ الْقَاضِي وَالدَّاعِي وَالْغَازِي وَالسَّاعِي وَالْآتِي وَالرَّامِي.

* Dan isim yang diidhafahkan kepada ya` mutakallim(orang pertama yg diajak bicara) semua harokatanya ditaqdirkan/disembunyikan karena munasabah/menyesuaikan harokat yang sesuai dengan ya.

* Contoh :

※ غُلَامِي وَكِتَابِي وَصَدِيقِي وَأَبِي وَأُسْتَاذِي

★ Sumber :

* Terjemah Tuhfatussaniyah Muhammad Muhyidin 30-34
 ※ Forum Bahasa Arab ※

Senin, 12 Januari 2015

5. BAB HURUF



Ibnu Ajurrum Rahimahullah Berkata :

※ وَالْحَرْفُ مَا لَا يَصْلُحُ مَعَهُ دَلِيلُ اَلِاسْمِ وَلَا دَلِيلُ اَلْفِعْلِ.


※ Huruf itu adalah apa yang tidak memenuhi bersamanya tanda tanda isim dan tanda tanda fi’il

※ Berkata Muhammad Muhyidin :

※ Huruf dibedakan dari dua saudaranya -isim dan fi’il- dengan tidak bisanya kata itu dimasuki oleh salah satu tanda dari tanda-tanda isim ,baik yang telah disebutkan diatas ataupun tanda tanda lainnya.Demikian pula tidak bisa dimasuki salah satu tanda tanda fi'il yang telah dijelaskan diatas.

※ Contohnya :

※ مِنْ, هَلْ, dan لَمْ.

※ Tiga kata ini merupakan huruf, karena kata-kata tersebut tidak bisa menerima أَلْ dan tanwin.

※ Demikian pula tidak bisa diberi awalan huruf khafdh, sehingga tidak benar kamu katakan :

 المِنْ atau مِنٌ atau إِلَى مِنْ.

※ Begitu pula huruf-huruf yang lain. Juga tidak bisa diawali huruf , سَوْفَ, س dan huruf ta` ta`nits yang disukun. Tidak pula قَدْ dan tanda-tanda fi’il yang lain.

★ Sumber :

* http://ismailibnuisa.blogspot.com/2013/05/at-tuhfatus-saniyyah-huruf.html

* Terjemah Tuhfatus Saniyah Muhammad Muhyidin Hal 28

Sabtu, 10 Januari 2015

4. BAB TANDA TANDA FI'IL



※ Ibnu Ajurrum Rahimahullah Berkata :

 ※ وَالْفِعْلُ يُعْرَفُ بِقَدْ, وَالسِّينِ وَسَوْفَ وَتَاءِ اَلتَّأْنِيثِ اَلسَّاكِنَةِ وَالْحَرْفُ مَا لَا يَصْلُحُ مَعَهُ دَلِيلُ اَلِاسْمِ وَلَا دَلِيلُ اَلْفِعْلِ


※ Fi’il dikenali dengan QOD , huruf SIN , SAUFA , dan huruf TA TA'NITS yang disukun.

※ Berkata Muhammad Muhyidin :

※ FI'IL dibedakan dari dua saudaranya isim dan huruf dengan empat tanda. Kapan engkau mendapatkan pada sebuah kata salah satu tanda darinya atau engkau melihat bahwa kata itu bisa menerima tanda itu, engkau dapat mengetahui bahwa kata itu adalah fi’il.

※ TANDA TANDA TERSEBUT ADALAH

1. قَدْ
2. ﺍﻟْﺴِّﻴﻦُ
3. ﺳَﻮﻑَ
4. تَاءُ التَّاْنِيثِ السَّاكِنَةُ

※ Adapun قَدْ masuk pada dua jenis fi’il : MADHI dan MUDHARI'.

※ Jika قَدْ masuk kepada fi’il madhi, maka menunjukkan salah satu dari dua makna, yaitu tahqiq/sungguh dan taqrib/hampir.

※ Contoh yang menunjukkan TAHQIQ adalah firman Allah ta’ala :

※ قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ -

Sungguh beruntung orang-orang mukmin

Firman Nya Jalla Sya`nuh :

※ لَقَدْ رَضِيَ اللهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ -

Sungguh Allah meridhai orang-orang mukmin

Dan ucapan kita :
※ قَدْ حَضَرَ مُحَمَّدٌ -

Muhammad sungguh telah datang

※ قَدْ سَافَرَ خَالِدٌ -

Khalid sungguh telah bepergian

※ Contoh yang menunjukkan TAQRIB adalah ucapan orang yang mengumandangkan iqamah untuk shalat :

 ※ قَدْ قَامَتِ الصَّلَاةُ -

Shalat akan ditegakkan

Dan ucapanmu :

※ قَدْ غَرَبَتِ الشَّمْسُ -

Matahari hampir tenggelam

※ Jika قَدْ masuk kepada FI'IL MUDHARI’, maka menunjukkan salah satu dari dua makna juga, yaitu taqlil/jarang dan taktsir/sering.

※ Contoh yang menunjukkan TAQLIL :

※ قَدْ يَصْدُقُ الْكَذُوبُ -

Jarang sekali pendusta itu berkata jujur

※ قَدْ يَجُودُ الْبَخِيلُ -

Jarang sekali orang yang kikir itu dermawan

※ قَدْ يَنْجَحُ الْبَلِيدُ -

Jarang sekali orang yang bodoh itu berhasil

※ Adapun yang menunjukkan TAKTSIR :

※ قَدْ يَنَالُ الْمُجْتَهِدُ بُغْيَتَهُ -

Sering sekali orang yang bersungguh sungguh itu dapat mencapai apa yang dicarinya

※ قَدْ يَفْعَلُ التَّقِيُّ الْخَيْرَ -

Sering sekali orang yang bertaqwa itu mengerjakan amal kebaikan

Dan ucapan penyair :

※ قَدْ يُدْرِكُ الْمُتَأَنِّي بَعْض َ حَاجَتِهِ وَقَدْ يَكُونُ مَعَ الْمُسْتَعْجِلِ لزَّلَلُ -

Seringkali orang yang tenang/tidak buru buru mendapatkan sebagian hajat/keinginannya,dan seringkali kekeliruan/ketergelinciran itu terjadi dari orang yang tergesa gesa.

※ Adapun huruf ﺍﻟﺴِّﻴﻦ dan  سَوْفَ
keduanya masuk kepada fi’il mudhari saja. Keduanya menunjukkan tanfis , yakni bermakna akan datang. Hanya saja sin menunjukkan masa yang akan datang sudah dekat, sedangkan saufa menunjukkan masa yang akan datang masih jauh.

※ Contoh huruf sin adalah firman Allah ta’ala :

※ سَيَقُولُ السُّفَهَاءُ مِنَ النَّاسِ -

Orang-orang bodoh di antara manusia itu akan berkata
※ سَيَقُولُ لَكَ الْمُخَلَّفُونَ -

Orang-orang yang tertinggal akan mengatakan kepadamu.

※ Adapun contoh  سَوْفَ maka seperti firman Allah ta’ala :

※ وَلَسَوْفَ يُعْطِيكَ رَبُّكَ فَتَرْضَى -

Dan kelak Rabbmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu kamu menjadi puas

※ سَوْفَ نُصْلِيهِمْ نَارًا -

Kelak kami akan masukkan mereka ke dalam neraka

※ سَوْفَ يَؤْتِيهِمْ أُجُورَهُمْ -

Kelak Dia akan memberikan mereka pahala-pahala mereka.

※ Adapun huruf ta` ta`nits yang disukun hanya masuk kepada fi’il madhi, tidak selainnya. Tujuan huruf ini adalah menunjukkan bahwa isim yang disandarkan fi’il madhi ini kepadanya adalah muannats. Walaupun dia berkedudukan sebagai fa’il,

※ Contoh

※ قَالَتْ عَائِشَةُ أُمُّ الْمُؤْمِنِينَ -

‘A`isyah ibunda kaum mu`minin telah berkata.

※ Atau berupa naibul fa’il/pengganti fa'il , seperti :

※ فُرِشَتْ دَارُنَا بِالْبُسُطِ -

Rumah kami dihampari oleh permadani -permadani .

※ Yang diinginkan bahwa ta` ini disukun adalah pada asal penggunaannya. Sehingga tidak menjadi masalah jika huruf ini dikasrohkan , untuk menghindari pertemuan antara dua sukun.

※ Seperti firman Allah ta’ala :

※  قَالَتِ اخْرُجْ عَلَيْهِنَّ -

Dia (istri al aziz) berkata keluarlah, (tampakkan dirimu) kepada mereka

※ قَالَتِ امْرَأَةُ فِرْعَوْنَ -

Dan istri fir'aun berkata

َ※ قَالَتَا أَتَيْنَا طَائِعِينَ -

Keduanya (langit dan bumi) menjawab,kami datang dengan suka hati

※ Dari penjelasan yang telah lewat, jelas bagimu bahwa tanda-tanda fi’il yang penulis sebutkan terbagi menjadi tiga bagian.

※ Satu bagian khusus untuk fi’il madhi, yaitu ta` ta`nits yang disukun.

 ※ Satu bagian khusus untuk fi’il mudhari’, yaitu huruf sin dan سَوْفَ.

※ Satu bagian lagi untuk fi’il madhi dan mudhari’,

※ Beliau tidak menyebutkan tanda fi’il amr. Yaitu yang menunjukkan kepada permintaan/tuntutan , dimana fi'il ini bisa menerima huruf ya` mukhathabah atau nun taukid.

※ Contohnya

※ قُمْ, اقْعُدْ, اكْتُبْ, dan انْظُرْ.

Berdirilah,duduklah,tulislah dan perhatikanlah.

※ Empat kata ini menunjukkan permintaan untuk diwujudkannya berdiri, duduk, penulisan, dan pandangan,empat kata ini juga menerima huruf ya` mukhathabah,

※ Seperti contoh :

※ قُومِي dan اقْعُدِي

Berdirilah ( untuk seorang perempuan),duduklah (untuk seorang perempuan)

※ Atau menerima nun taukid, seperti :

※ اكْتُبَنَّ وَانْظُرَنَّ إِلَى مَا يَنْفَعُكَ.

Sungguh sungguh tulislah dan lihatlah apa apa yang dapat mendatangkan manfaat bagimu.

★ Sumber :

* http://ismailibnuisa.blogspot.in/2013/05/at-tuhfatus-saniyyah-tanda-tanda-fiil.html

* Terjemah Tuhfatus Saniyah Muhammad Muhdiyin Hal 21-26

Selasa, 06 Januari 2015

3. BAB TANDA TANDA ISIM



※ Ibnu Ajurrum Rahimahullah Berkata :

※ فَالْإِسْمُ يُعْرَفُ بِالخَفْضِ وَالتَّنْوِينِ, وَدُخُولِ اَلْأَلِفِ وَاللَّامِ, وَحُرُوفِ اَلْخَفْضِ, وَهِيَ مِنْ, وَإِلَى, وَعَنْ, وَعَلَى, وَفِي, وَرُبَّ, وَالْبَاءُ, وَالْكَافُ, وَاللَّامُ, وَحُرُوفُ اَلْقَسَمِ, وَهِيَ اَلْوَاوُ, وَالْبَاءُ,وَالْتَّاءُ.


※ Isim dikenali dengan khafdh, tanwin, masuknya alif dan lam, dan masuknya huruf khafdh, yaitu ,min,ila,'an,'ala,fi,rubba,ba,
kaf,lam, dan huruf sumpah yaitu huruf wawu, huruf ba`, dan huruf ta'

※ Berkata Muhammad Muhdiyin :

※ Isim memiliki tanda-tanda yang membedakan dari dua saudaranya fi’il dan huruf dengan adanya satu dari tanda-tanda itu atau bisa menerima tanda-tanda tersebut. Beliau rahimahullah telah menyebutkan dari tanda-tanda ini empat tanda, yaitu: khafdh, tanwin, masuknya alif dan lam, dan masuknya satu huruf dari huruf-huruf khafdh.

※ KHOFDH secara bahasa adalah lawan dari tinggi. Secara istilah ahli nahwu artinya ungkapan dari kasrah yang disebabkan amil tertentu atau yang mengganti kasrah.

※ Contohnya kasrah pada huruf ra` dari kata :

 بَكْرٍ dan عَمْرٍو

※ Seperti pada ucapanmu :

 مَرَرْتُ بِبَكْرٍ - Saya melewati bakr

هَذَا كِتَابُ عَمْرٍو - Ini adalah buku amr

Kata Bakr dan ‘Amr adalah dua isim, karena adanya tanda kasrah pada akhir setiap katanya.

※ TANWIN secara bahasa adalah bersuara,
Contoh : نَوَّنَ الطَّائِرُ yakni burung itu bersuara. Secara istilah ahli nahwu artinya nun sukun yang mengikuti pada akhir isim secara lafazh. Dan yang membedakannya dari garis yang sudah ada adalah dengan mengulangi harakat ketika penulisan.

※ Contoh :

 مُحَمَّدٍ - Muhammad

َكِتَابٍ - Buku

َإِيهٍ - Teruskan

صَهٍ - Diam

مُسْلِمَاتٍ - Muslimah

َفَاطِمَاتٍ - Fatimah

َحِينَئِذٍ - Ketika itu

سَاعَتَئِذٍ - Saat itu

※ Kata-kata tersebut semuanya adalah isim dengan bukti adanya tanwin pada akhir setiap katanya.

※ MASUKNYA ALIF DAN LAM Tanda ketiga dari tanda-tanda isim.

※ Contoh :

 الرَّجُلُ - Laki laki itu

الغُلَامُ - Anak itu

الكِتَابُ - Buku itu
 ※ HURUF KHOFDH adalah tanda isim keempat.

※ Contoh :

 ذَهَبْتُ مِنَ الْبَيْتِ إِلَى الْمَدْرَسَةِ,

Kata الْبَيْتِ dan الْمَدْرَسَةِ adalah isim, disebabkan diawali huruf khafdh dan adanya أَلْ diawal kata.


※ Huruf-huruf khafdh adalah:

*.مِنْ
Min mempunyai beberapa makna.

diantaranya adalah PERMULAAN/DARI.

※ Contoh :

 سَافَرْتُ مِنَ الْقَاهِرَةِ -

 Aku bepergian dari Kairo

*.إِلَى,

di antara maknanya adalah KESUDAHAN/SAMPAI.

※ Contoh :

 سَافَرْتُ إِلَى الْإِسْكَنْدَرِيَّةِ -
Aku bepergian sampai Iskandariyah

*.عَنْ,

di antara maknanya adalah MELAMPUI/MELEWATI.

※ Contoh :

 رَمَيْتُ السَّهْمَ عَنِ الْقَوْسِ -

Aku menembakkan panah dari busur

*.عَلَى,

 di antara maknanya adalah DIATAS.

※ Contoh :

 صَعَدْتُ عَلَى الْجَبَلِ -

Aku naik ke atas gunung

*.فِي,

di antara maknanya adalah TEMPAT.

※ Contoh :

 الْمَاءُفِي الْكُوزِ -

Air itu ada di dalam bejana

*.رُبَّ,

di antara maknanya adalah JARANG.

※ Contoh :

 رُبَّ رَجُلٍ كَرِيمٍ قَابَلَنِي -

Sedikit orang yang dermawan mau menerimaku

*ﺍﻟﺒَﺎﺀ

di antara maknanya adalah menjadikan sebagai objek.

※ Contoh :

 مَرَرْتُ بِالْوَادِي -

Aku melewati lembah

* الكَافُ

di antara maknanya adalah PENYERUPAAN.
※ Contoh :

 لَيْلَى كَالْبَدْرِ -

Laila bagaikan rembulan

* اللّاﻡُ

di antara maknanya adalah MILIK

Contoh :

 الْمَالُ لِمُحَمَّدٍ -

Harta ini milik Muhammad

diantara makna lam adalah PENGKHUSUSAN,

※ Contoh :

 الْبَابُ لِلدَّارِ -

Pintu itu khusus untuk rumah itu

 وَالْحَصِيرُ لِلْمَسْجِدِ -

Tikar itu khusus untuk masjid itu


diantara makna lam HAK KEPEMILIKAN

※ Contoh :

 الْحَمْدُ للهِ -

Segala puji untuk Allah
َ

※ Termasuk huruf khafdh adalah huruf sumpah, terdiri dari tiga huruf :

1. Huruf wawu.

Huruf ini tidak masuk kecuali kepada isim zhahir.

※ Contoh :

 وَاللهِ - Demi Allah

 وَالطُّورِ وَكِتَابٍ مَسْطُورٍ -

Demi bukit thur dan demi kitab yg ditulis

 وَالتِّينِ وَالزَّيْتُونِ وَطُورِسِينِينَ

Demi buah tin dan buah zaitun dan demi bukit thursina.

2. Huruf ba`.

Huruf ini tidak dikhususkan untuk suatu lafazh saja. Bahkan huruf ini bisa masuk kepada isim zhahir,

※ Seperti :

 بِاللهِ لَأَجْتَهِدَنَّ -

Demi Allah saya akan bersunguh sungguh

maupun kepada isim dhamir

※ Seperti :

 بِكَ لَأَضْرِبَنَّ الْكَسُولَ -

Demi engkau saya benar benar akan memukul si malas ini.

3. Huruf ta`.

Huruf ini tidak bisa masuk kecuali kepada lafazh jalalah,

※ Contoh :

 وَتَاللهِ لَأَكِيدَنَّ أَصْنَامَكُمْ -

Demi Allah sungguh  saya akan memperdayai berhala berhala kalian.


★ Sumber :

* http://ismailibnuisa.blogspot.in/2013/05/at-tuhfatus-saniyyah-tanda-tanda-isim.html

* Terjemah Tuhfatus Saniyah

Sabtu, 03 Januari 2015

2. BAB MACAM MACAM KALAM



※ Ibnu Ajurrum Rahimahullah Berkata :

※ وَأَقْسَامُهُ ثَلاَثَةٌ : إِﺳْﻢٌ وَ فِعْلٌ وَحَرْفٌ جَاءَ لِمَعْنَى


Pembagiannya ada tiga : isim, fi’il, dan huruf yang datang dengan suatu makna.

※ Muhammad Muhyidin Berkata :

※ Lafazh-lafazh yang biasa digunakan oleh orang Arab di dalam pembicaraan mereka dan dinukil dari mereka kepada kita; dan kita berbicara dengannya di dalam percakapan-percakapan dan pelajaran-pelajaran kita, dan kita membacanya di kitab-kitab kita, dan kita menulis dengannya kepada keluarga dan teman-teman kita ; satupun tidak keluar dari salah satu dari tiga hal: isim, fi’il, dan huruf.

※ ISIM secara bahasa artinya kata yang menunjukkan yang dinamai. Isim menurut istilah ahli nahwu adalah kata yang menunjukkan suatu makna pada dirinya dan tidak terkait dengan waktu apapun.

※ Contoh :

 مُحَمَّدٌ وَعَلِيٌّ - Muhammad dan ali

 وَرَجُلٌ - Seorang laki laki

 وَجَمَلٌ - Unta

 وَنَهْرٌ - Sungai

 وَتُفَّاحَةٌ وَلَيْمُونَةٌ - Apel dan lemon

 وَعَصَا - Tongkat

※ Setiap satu dari lafazh-lafazh ini menunjukkan suatu makna, akan tetapi makna makna itu tidak terkait dengan waktu, maka kata kata ini disebut isim.

※ FI'IL secara bahasa adalah peristiwa/kejadian . Adapun fi’il dalam istilah ahli nahwu adalah kata yang menunjukkan suatu makna pada dirinya dan berkaitan dengan satu dari tiga waktu. Tiga waktu itu adalah madhi /lampau,hal /sekarang,dan mustaqbal/akan datang.

※ Contoh :

كَتَبَ - Telah menulis

Contoh diatas adalah kata yang menunjukkan suatu makna, yaitu menulis. Makna ini terkait dengan waktu lampau.

※ Contoh :

 يَكْتُبُ - Sedang menulis

Contoh kata diatas menunjukkan suatu makna, yaitu menulis juga . Makna ini terkait dengan waktu yang sedang berlangsung/sekarang.

※ Contoh :

 اكْتُبْ - Tulislah

Contoh kata diatas adalah kata yang menunjukkan suatu makna, yaitu menulis juga. Makna ini terkait dengan waktu yang akan datang setelah waktu pembicaraan.

※ Contoh fi’il yang lain adalah :

 نَصَرَ وَيَنْصُرُ وَانْصُرْ - Menolong

 وَفَهِمَ وَيَفْهَمُ وَافْهَمْ - Memahami

 وَعَلِمَ وَيَعْلَمُ وَاعْلَمْ - Mengetahui

 وَجَلَسَ وَيَجْلِسُ وَاجْلِسْ - Duduk

 وَضَرَبَ وَيَضْرِبُ وَاضْرِبْ - Memukul

وَالْفِعْلُ عَلَى ثَلَاثَةِ أَنْوَاعٍ: مَاضٍ وَمُضَارِعٌ وَأَمْرٌ.

※ Fi'il ada tiga jenis: madhi, mudhari', dan amr.

※ فَالْمَاضِي: مَا دَلَّ عَلَى حَدَثٍ وَقَعَ فِي الزَّمَانِ الَّذِي قَبْلَ زَمَانِ التَّكَلُّمِ، نَحْوُ: كَتَبَ وَفَهِمَ وَخَرَجَ وَسَمِعَ

※ FI'IL MADHI adalah kata yang menunjukkan suatu peristiwa yang terjadi pada waktu sebelum waktu pembicaraan.

※ Contoh :
 كَتَبَ - Telah Menulis

 فَهِمَ - Telah Memahami

َخَرَجَ - Telah Keluar

َسَمِعَ - Telah Mendengar

※ FI'IL MUDHORI’ adalah kata yang menunjukkan suatu peristiwa yang terjadi bersamaan ketika waktu berbicara atau setelahnya.

※ Contoh :

 يَكْتُبُ - Sedang/Akan Menulis

وَيَفْهَمُ -Sedang/Akan Memahami

وَيَخْرُجُ - Sedang/Akan Keluar

وَيَسْمَعُ - Sedang/Akan Mendengar

※ FI'IL AMR adalah kata yang menunjukkan suatu peristiwa yang diminta untuk mewujudkannya setelah waktu berbicara.

※Contoh :

 اكْتُبْ - Tulislah

وَافْهَمْ -Fahamilah

وَاخْرُجْ -Keluarlah

وَاسْمَعْ - Dengarkanlah

※ HURUF secara bahasa artinya tepi
Dan secara istilah ahli nahwu adalah kata yang menunjukkan suatu makna jika disebut bersama dengan kata lain. Contohnya huruf مِنْ, lafazh ini adalah sebuah kata yang menunjukkan suatu makna tertentu yakni permulaan (dari). Dan makna ini tidak sempurna hingga engkau gabungkan kata ini dengan kata lain. Contoh  ذَهَبْتُ مِنَ الْبَيْت - Aku pergi dari rumah

※ Contoh huruf :

 مِنْ، إِلَى، عَنْ، عَلَى، إِلَّا، لَكِنْ، إِنَّ، أَنْ، بَلَى، بَلْ، قَدْ، سَوْفَ، حَتَّى، لَمْ، لَا، لَنْ، لَوْ، لَمَّا، لَعَلَّ، مَا، لَاتَ، لَيْتَ، إِنْ،ثُمَّ، أَوْ.

★ Sumber :

* http://ismailibnuisa.blogspot.in/2013/05/at-tuhfatus-saniyyah-jenis-jenis-kata.html

* Terjemah Tuhfatus Saniyah Muhammad Muhyidin

Kamis, 01 Januari 2015

1. BAB KALAM



★ Ibnu Ajurrum Rahimahullah Berkata :

اَلْكَلاَمُ : هُوَ ﺍللَّفْظُ الْمُرَكَّبُ ، المُفِيدُ بِالْوَضْعِ


" Al kalam adalah lafazh yang tersusun (dari dua kata atau lebih) , yang mengandung makna (yang berfaedah) , disengaja dan diucapkan dengan bahasa arab "

★ Syeh Muhammad Muhyidin Berkata :

" Kata/kalam memiliki dua makna , makna secara bahasa , kalam adalah ungkapan yang dapat memberikan suatu makna yang berfaedah, baik berupa lafazh, coretan,tulisan,ataupun isyarat.
Adapun secara istilah ahli nahwu , sesuatu yang dapat dikatakan sebagai kalam jika terhimpun padanya 4 perkara :

1.Harus berupa lafazh.
2.Harus murakkab (tersusun dari dua kata atau lebih).
3.Harus mufid (memberikan suatu pengertian/pemahaman).
4.Harus diletakkan kaedahnya sesuai dengan ucapan orang arab.

★ LAFAZH adalah berupa suara yang mencakup sebagian huruf hijaiyyah, mulai dari huruf alif dan diakhiri dari huruf ya,

Contoh :

سَعِيدٌ ، يَكْتُبُ ،  أَحْمَدُ

Oleh karena itu menurut ahli nahwu, isyarat tidak disebut sebagai kalam, karena isyarat tidak mengandung suara yang memuat huruf hijaiyah , karena isyarat tidak mememberikan suatu faidah/pengertian tertentu.

★ MURAKKAB adalah, bahwa kalam harus terdiri dari dua kata atau lebih.

Contoh :

مُحَمَّدٌ مُسَافِرٌ - Muhammad seorang musafir

الْعِلمُ نَافِعٌ - Ilmu itu bermanfaat

Oleh karena itu sepatah kata menurut ahli nahwu tidak dinamakan kalam kecuali digabungkan dengan kata yang lainnya,  baik penggabungan sifatnya hakiki seperti contoh diatas ataupun taqdiri (diperkirakan adanya),

Contoh :

Jika ada yang bertanya kepadamu,

مَنْ أَخُوكَ ؟

Lalu kamu jawab,

مُحَمَّدٌ

Kata muhammad diatas dianggap kalam karena taqdirnya adalah

مُحَمَّدٌ أَخِي - Muhammad saudaraku

Jadi taqdirnya kata tadi adalah kalimat yang terdiri dari tiga kata yakni :

مُحَمَّدٌ ، أَخٌ ،  dan ya mutakallim

★ MUFID bermakna bahwa kalam itu harus memberi faidah , yakni bahwa orang yang berbicara telah sempurna diam setelah menyampaikan kalamnya. Sehingga orang yang mendengar tidak menunggu-nunggu ucapan yang lain.

※ Jika engkau mengatakan :

 إِذَا حَضَرَ الْأُسْتَاذُ - Jika ustadz telah hadir

maka ini tidak dinamakan kalam meskipun ini merupakan lafazh yang tersusun dari tiga kata.

Ini karena orang yang diajak bicara menunggu-nunggu apa yang engkau katakan setelah ini, berupa apa yang mengikuti kehadiran ustadz.

※ Sehingga, jika engkau katakan :

إِذَا حَضَرَ الْأُسْتَاذُ أَنْصَتَ التَّلَامِيذُ -

Jika ustadz hadir , para muridpun terdiam.

Maka ini menjadi kalam , karena memberikan faidah.

★ WADH'U bermakna bahwa sesuai dengan kaidah yang diletakkan orang Arab, yaitu bahwa lafazh-lafazh yang digunakan dalam pembicaraan berupa lafazh-lafazh yang dipakai orang Arab untuk menunjukkan suatu makna.

※ Misalnya حَضَرَ adalah sebuah kata yang digunakan orang Arab untuk suatu makna, yaitu terjadinya kehadiran pada jaman yang telah lewat.

Kata مُحَمَّد dipakai orang Arab untuk suatu makna, yaitu orang yang dinamakan dengan nama itu.

※ Maka jika engkau katakan :

 حَضَرَ مُحَمَّدٌ,

Maka engkau telah menggunakan dua kata yang masing-masingnya telah digunakan oleh orang Arab.

Berbeda jika engkau berbicara dengan menggunakan bahasa orang ‘ajam)selain Arab(, seperti Persia, Turki, Barbar, Prancis. Hal itu tidak dinamakan kalam oleh ulama Arab, walaupun oleh ahli bahasa lain dinamakan kalam.

※ Contoh kalam yang memenuhi persyaratan :

الْجَوُّ صْحوٌ - Cuaca cerah

 الْبُسْتَانُ مُثْمِرٌ - Kebun itu berbuah

 الْهِلَالُ سَاطِعٌ - Bulan itu bersinar

 اللهُ رَبُّنَا - Allah adalah Rabb kita

 مُحَمَّدٌ نَبِيُّنَا - Muhammad adalah Nabi kita

Contoh lafazh tunggal :

مُحَمَّدٌ - Muhammad

 عَلِيٌّ - Ali

 إِبْرَاهِيمُ - Ibrahim

 قَامَ - Berdiri

مَنْ - Siapa

※ Contoh lafazh-lafazh yang tersusun namun tidak memberikan faidah sempurna :
مَدِينَةُ الْإِسْكَنْدَرِيَّةِ - Kota iskandariyah

 عَبْدُ اللهِ - Hamba Allah

 حَضْرَمَوْتُ - Hadhra maut

 لَوْ أَنْصَفَ النَّاسُ - Jika manusia adil

 إِذَا جَاءَ الشِّتَاءُ - Jika datang musim dingin

 إِنْ طَلَعَتِ الشَّمْسُ - Jika matahari terbit

★ Sumber :

* http://ismailibnuisa.blogspot.in/2013/05/at-tuhfatus-saniyyah-kalam.html

* Terjemah Tuhfatus Saniyah Muhammad Muhdiyin