Kamis, 30 April 2015

39. AUDIO BAB KAANA DAN SAUDARANYA KE 2


Pelajaran Bahasa Arab kitab

  التحفة السنية
بشرح المقدمة الآجرومية

✏تأليف : محمد محي الدين عبد الحميد

Bersama : Al ustadz Muhammad bin Umar Assewed حفظه الله

Kaana dan saudara²nya ( bag 2 )
كان وأخواتها (٢)

Kajian 28 Jumadal Ula ١٤٣٦ H / Tgl. 19 Maret 2015 M

Link Donlod : https://app.box.com/s/jzgjsxppfi0asgmjo2si3hq5w3djyv6o

WhatsApp Salafy Cirebon

38. AUDIO BAB KANAA DAN SAUDARANYA


Pelajaran Bahasa Arab kitab

  التحفة السنية
بشرح المقدمة الآجرومية

✏تأليف : محمد محي الدين عبد الحميد

Bersama : Al ustadz Muhammad bin Umar Assewed حفظه الله

Kaana dan saudara²nya

كان وأخواتها

Kajian 26 Jumadal Ula ١٤٣٦ H / Tgl. 1 7 Maret 2015 M

Link Donlod : https://app.box.com/s/5276kw2ykx4r7k6pluz2dgbcn3mvslgw

WhatsApp Salafy Cirebon

al Ajurumiyyah : Pelajaran – 22

Pelajaran Kedua Puluh Dua

MATAN:

قال المؤلف – رحمه الله: “وأمَّا الْحذفُ فيَكُونُ عَلاَمَةً للجَزمِ في الْفِعْل الْمُضَارع الْمُعْتل الآخِر، وَفي الأفْعَالِ الْخَمْسةِ التي رفْعُهَا بثبَاتِ النُّونِ.”

Berkata penulis rahimahullah : “Dan adapun  Jazm, maka ia menjadi alamat bagi Jazm pada Fi’il Mudhari’ yang Mu’tal akhirnya dan pada al-Af’alul Khamsah yang Rafa’nya dengan menetapkan nun.”
?PENJELASAN:

    Alamat kedua adalah al-Hadzfu.

Al-Hadzfu, ia menjadi alamat bagi Jazm hanya pada dua tempat; pada Fi’il Mudhari’ yang Mu’tal akhirnya dan pada Fi’il-fi’il Mudhari yang Rafa’nya dengan menetapkan nun (al-Af’alul Khamsah).

Masalah : Apakah yang dimaksud dengan al-Hadzfu?

Maksudnya adalah membuang Huruf akhir yang ada pada dua Fi’il Mudhari’ tersebut.

    Fi’il Mudhari’ yang Mu’tal akhirnya.

Ia adalah Fi’il Mudhari’ yang berakhiran dengan huruf Alif, Wawu maupun Ya.

Contoh yang berakhiran dengan huruf Alif:

-   يَبْقَى

“Sedang atau akan menetap”

-   يَرْضَى

“Sedang atau akan meridhai”

-   يَسْعَى

“Sedang atau akan berusaha”

Kalian perhatikan 3 Fi’il Mudhari diatas!

Ketiga Fi’il Mudhari’ diatas berakhiran Alif. Kita mengetahui ia berakhiran Alif dengan adanya harakat Fathah yang pada pada huruf sebelumnya.

Contoh yang berakhiran dengan huruf Wawu:

-   يَدْعُو

“Sedang atau akan menyeru/memanggil”

-   يَبْنُو

“Sedang atau akan membangun”

-   يَرْجُو

“Sedang atau akan berharap”

Kalian perhatikan 3 Fi’il Mudhari diatas!

Ketiga Fi’il Mudhari’ diatas berakhiran Wawu.

Contoh yang berakhiran dengan huruf Ya:

-   يَرْمِي

“Sedang atau akan melempar”

-   يَهْدِي

“Sedang atau akan memberi petunjuk”

-   يُعْطِي

“Sedang atau akan memberi”

Kalian perhatikan 3 Fi’il Mudhari diatas!

Ketiga Fi’il Mudhari’ diatas berakhiran Ya. Kita mengetahui ia berakhiran Ya dengan adanya harakat Kasrah yang pada pada huruf sebelumnya.

Masalah: Apakah alamat Jazm pada Fi’il Mudhari’ yang Mu’tal akhirnya

Alamatnya adalah al-Hadzfu, yaitu membuang huruf akhir pada Fi’il tersebut.

Baiklah, apabila kalian telah mengerti arti Fi’il Mudhari’ yang Mu’tal akhirnya, maka ketahuilah bahwa jika ada ‘Aamil Jazm masuk pada Fi’il Mudhari’ tersebut maka alamat Jazm Fi’il Mudhari’ tersebut adalah al-Hadzfu, yaitu membuang huruf akhir pada Fi’il tersebut.

Contoh pertama:

-   لَمْ يَبْقَ مُحَمَّدٌ فِي هَذِهِ الْقَرْيَةِ.

“Muhamad tidak menetap di desa ini”

-   لَمْ يَرْضَ اللَّهُ مَعْصِيَّةً.

“Allah tidak meridhai kemaksiatan”

Perhatikanlah dua contoh diatas!

Pada dua Jumlah diatas, kalian mendapatkan kalimat (يَبْقَ) dan (يَرْضَ) dalam keadaan Majzum (di Jazm), hal ini disebabkan karena adanya ‘Aamil Jazm yang masuk padanya. Apabila ada ‘Aamil Jazm masuk pada Fi’il Mudhari’ yang Mu’tal akhirnya, maka mengharuskan ia menjadi Majzum, sedangkan alamat Jazm dari kedua Fi’il Mudhari’ diatas adalah Hadzful Alif, yaitu membuang huruf Alif, karena kedua Fi’il Mudhari’ tersebut adalah Fi’il Mudhari’ yang Mu’tal akhirnya, yaitu berakhiran Alif.

Contoh kedua:

-   لَمْ يَدْعُ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَّا إِلَى الْحَقِّ.

“Tidaklah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyeru kecuali kepada kebenaran”

-   لَا تَرْجُ إِلَى غَيْرِ اللهِ!

“Janganlah kau berharap kepada selain Allah!”

Perhatikanlah dua contoh diatas!

Pada dua Jumlah diatas, kalian mendapatkan kalimat (يَدْعُ) dan (تَرْجُ) dalam keadaan Majzum (di Jazm), hal ini disebabkan karena adanya ‘Aamil Jazm yang masuk padanya. Apabila ada ‘Aamil Jazm masuk pada Fi’il Mudhari’ yang Mu’tal akhirnya, maka mengharuskan ia menjadi Majzum, sedangkan alamat Jazm dari kedua Fi’il Mudhari’ diatas adalah Hadzful Wawu, yaitu membuang huruf Wawu, karena kedua Fi’il Mudhari’ tersebut adalah Fi’il Mudhari’ yang Mu’tal akhirnya, yaitu berakhiran Wawu.

Contoh ketiga:

-   لَمْ يَرْمِ مَحْمُوْدٌ صَيْدًا.

“Mahmud tidak melempar hewan buruan”

-   لَمْ يُعْطِ زَكَرِيَّا زَيْدًا هَدِيَّةً

“Zakariya tidak memberi Zaid hadiah.”

Perhatikanlah dua contoh diatas!

Pada dua Jumlah diatas, kalian mendapatkan kalimat (يَرْمِ) dan (يُعْطِ) dalam keadaan Majzum (di Jazm), hal ini disebabkan karena adanya ‘Aamil Jazm yang masuk padanya. Apabila ada ‘Aamil Jazm masuk pada Fi’il Mudhari’ yang Mu’tal akhirnya, maka mengharuskan ia menjadi Majzum, sedangkan alamat Jazm dari kedua Fi’il Mudhari’ diatas adalah Hadzful Ya, yaitu membuang huruf Ya, karena kedua Fi’il Mudhari’ tersebut adalah Fi’il Mudhari’ yang Mu’tal akhirnya, yaitu berakhiran Ya.

    Al-Af’alul Khamsah.

Telah lewat pada pelajaran ke 11 definisi dan penjelasan tentang al-Af’alul Khamsah. Silahkan lihat kembali!

Apabila kalian mendapatkan ‘Aamil Jazm masuk pada al-Af’alul Khamsah, maka mengharuskan ia menjadi Majzum, sedangkan alamat Jazm pada al-Af’alul Khamsah adalah Hadzfun Nun, yaitu membuang huruf Nun.

-    يَفْعَلاَنِ – لَمْ يَفْعَلاَ

-    تَفْعَلاَنِ – لَمْ تَفْعَلاَ

-    يَفْعَلُوْنَ – لَمْ يَفْعَلَوا

-    تَفْعَلُوْنَ – لَمْ تَفْعَلُوا

-    تَفْعَلِيْنَ – لَمْ تَفْعَلِي

Contoh:

-   الطُّلَّابُ لَمْ يَذْهَبُوا إِلَى الْمَدْرَسَةِ.

“Para siswa belum berangkat ke sekolahan”

-   الْعُمَّالُ لَمْ يُصَلُّوا الظَّهْرَ.

“Para pekerja itu belum menunaikan shalat zhuhur.”

Perhatikanlah dua contoh diatas!

Pada dua Jumlah diatas, kalian mendapatkan kalimat (يَذْهَبُوا) dan (يُصَلُّوا) dalam keadaan Majzum (di Jazm), hal ini disebabkan karena adanya ‘Aamil Jazm yang masuk padanya. Apabila ada ‘Aamil Jazm masuk pada al-Af’alul Khamsah, maka mengharuskan ia menjadi Majzum, sedangkan alamat Jazm dari kedua Fi’il Mudhari’ diatas adalah Hadzfun Nun, yaitu membuang huruf Nun, karena kedua Fi’il Mudhari’ tersebut adalah al-Af’alul Khamsah.

-   يَذْهَبُوْنَ – لَمْ يَذْهَبُوا

-   يُصَلُّوْنَ – لَمْ يُصَلُّوا

Dengan ini usailah kita dari pembahasan dan penjelasan macam-macam I’rab beserta penjelasan masing-masing alamatnya.

Jadi, apa yang dituntut dari kita pada pelajaran hari ini?

Kita dituntut oleh penulis kitab ini untuk menghafal dan mengenal alamat-alamat I’rab, yaitu apakah alamat I’rab suatu kalimat ketika Majzum/ di Jazm?

Adapun kita mengetahui kapan Fi’il itu Majzum maka hal ini akan dibahas pada babnya tersendiri. Yang terpenting bagi kita sementara ini adalah mengenal tanda-tanda I’rabnya terlebih dahulu dan jangan kalian terpusingkan dengan sesuatu yang belum datang penjelasannya!

Demikianlah pelajaran kita hari ini. Kita akan lanjutkan -in syaa Allah- pada pertemuan yang akan datang. Barakallahu fikum. Waffaqallahul jami’ li kulli khoirin.
-Ditulis oleh Abu ‘Ubaidah Iqbal bin Damiri al-Jawy, 12 Dzulhijjah 1435/ 6 Oktber 2014_di Daarul Hadits_Al-Fiyusy_Harasahallah.

Rabu, 29 April 2015

37. AUDIO BAB LATIHAN I'RAB


Pelajaran Bahasa Arab kitab

  التحفة السنية
بشرح المقدمة الآجرومية

✏تأليف : محمد محي الدين عبد الحميد

Bersama : Al ustadz Muhammad bin Umar Assewed حفظه الله

Latihan I'rob
تدريب على الإعراب

Kajian 25 Jumadal Ula ١٤٣٦ H / Tgl. 16 Maret 2015

Link Donlod : https://app.box.com/s/096ixin769rympip7hkozlwlvzyyqewb

WhatsApp Salafy Cirebon

al Ajurumiyyah : Pelajaran – 21

   
Pelajaran Kedua Puluh Satu : Bab Alamat Jazm

MATAN:

قال المؤلف – رحمه الله: “وَلِلْجَزْمِ عَلاَمَتَانِ: السُّكُونُ، وَالْحَذْفُ.”

Berkata penulis rahimahullah : “Jazm, ia memiliki dua alamat: Sukun dan Hadzfu (membuang).”
?PENJELASAN:

Pada pembahasan yang telah lalu, kita telah mempelajari tiga jenis I’rab, yaitu Rafa’, Nashab dan Khafadh atau Jar, dan telah berlalu pula pembahasan masing-masing alamatnya. Sekarang kita memasuki jenis keempat atau terakhir dari macam-macam I’rab, yaitu Jazm. Diterangkan oleh penulis kitab ini, bahwa Jazm memiliki dua alamat; Sukun dan Hadzfu (membuang).

—————————————————————————————–

MATAN:

قال المؤلف – رحمه الله:”فَأَمَّا السُّكُونُ فَيَكُونُ عَلاَمَةً لِلْجَزْمِ في الْفِعْلِ الْمُضَارِع الصحيح الآخر.”

Berkata penulis rahimahullah : “Adapun Sukun, maka ia menjadi alamat bagi Jazm pada Fi’il Mudhari’ yang shahih akhirnya.”

—————————————————————————————–

Penjelasan:

Alamat pertama adalah Sukun. Harakat Sukun, ia menjadi alamat bagi Jazm hanya pada satu tempat saja, yaitu Fi’il Mudhari’ yang shahih akhirnya.

Masalah: Apakah yang dimaksud dengan Fi’il Mudhari’ yang shahih akhirnya?

Ia adalah Fi’il Mudhari’ yang huruf akhirnya bukan huruf ‘Illah, yaitu Alif, Wawu dan Ya.

Contohnya:

    يَذْهَبُ

“Sedang atau akan pergi”

    يَسْأَلُ

“Sedang atau akan bertanya”

    يَجْلِسُ

“Sedang atau akan duduk”

    يُسَافِرُ

“Sedang atau akan melakukan perjalanan”

Kalian perhatikan 4 Fi’il Mudhari diatas!

Keempat Fi’il Mudhari’ diatas dinamakan Fi’il Mudhari’ yang shahih akhirnya, karena huruf akhir dari Fi’il Mudhari diatas bukan Alif, Wawu maupun Ya.

Perhatian:

Jika kalian mendapatkan Fi’il Mudhari’ yang berakhiran huruf Alif, Wawu atau Ya, maka Fi’il Mudhari’ tersebut dinamakan Fi’il Mudhari’ yang Mu’tal akhirnya. Hal ini akan dibahas pada pertemuan selanjutnya in syaa Allah.

Baiklah, setelah kalian telah mengerti arti Fi’il Mudhari’ yang shahih akhirnya, maka ketahuilah bahwa jika ada ‘Aamil Jazm masuk pada Fi’il Mudhari’ tersebut maka alamat Jazm Fi’il Mudhari’ tersebut adalah Sukun.

Contoh:

    لَمْ يَذْهَبْ أَخُوْكَ.

“Saudaramu belum pergi”

    لَمْ يَسْأَلْ خَالِدٌ الْمُدَرِّسَ.

“Khalid belum belum bertanya kepada pak guru”

    لَمْ يَجْلِسْ حَامِدٌ عَلَى الْكُرْسِيِّ.

“Hamid belum duduk diatas kursi”

    لَمْ يُسَافِرْ حَمْزَةُ.

“Hamzah belum melakukan perjalanan”

Perhatikanlah empat contoh diatas!

Pada empat Jumlah diatas, kalian mendapatkan kalimat (يَذْهَبْ), (يَسْأَلْ), (يَجْلِسْ), dan (يُسَافِرْ) semua dalam keadaan Majzum (di Jazm), hal ini disebabkan karena adanya ‘Aamil Jazm yang masuk padanya. Apabila ada ‘Aamil Jazm masuk pada Fi’il Mudhari’, maka mengharuskan ia menjadi Majzum, sedangkan alamat Jazm dari keempat Fi’il Mudhari’ diatas adalah Sukun, karena keempat Fi’il Mudhari’ tersebut adalah Fi’il Mudhari’ yang shahih akhirnya.

Kesimpulan:

Dari penjelasan diatas dapat kita simpulkan bahwa jika kalian mendapatkan Fi’il Mudhari’ yang shahih akhirnya dimasuki ‘Aamil Jazm maka alamat Jazm-nya dengan Sukun.

Masalah: Apa itu ‘Aamil Jazm?

Hal ini akan dibahas pada babnya tersendiri.

Jadi, apa yang dituntut dari kita pada pelajaran hari ini?

Kita dituntut oleh penulis kitab ini untuk menghafal dan mengenal alamat-alamat I’rab, yaitu apakah alamat I’rab suatu kalimat ketika Majzum/ di Jazm?

Adapun kita mengetahui kapan Fi’il itu Majzum maka hal ini akan dibahas pada babnya tersendiri. Yang terpenting bagi kita sementara ini adalah mengenal tanda-tanda I’rabnya terlebih dahulu dan jangan kalian terpusingkan dengan sesuatu yang belum datang penjelasannya!

Demikianlah pelajaran kita hari ini. Kita akan lanjutkan -in syaa Allah- pada pertemuan yang akan datang. Barakallahu fikum. Waffaqallahul jami’ li kulli khoirin.
-Ditulis oleh Abu ‘Ubaidah Iqbal bin Damiri al-Jawy, 5 Dzulhijjah 1435/ 29 September 2014_di Daarul Hadits_Al-Fiyusy_Harasahallah.

Selasa, 28 April 2015

36. AUDIO PEMBAGIAN MUBTADA DAN KHOBAR


Pelajaran Bahasa Arab kitab

  التحفة السنية
بشرح المقدمة الآجرومية

✏تأليف : محمد محي الدين عبد الحميد

Bersama : Al ustadz Muhammad bin Umar Assewed حفظه الله

Pembagian Mubtada' dan Khobar
المبتدأ  قسمان  : ظاهر ، ومضمر

Kajian 21 Jumadal Ula ١٤٣٦ H / Tgl. 12 Maret 2015

Link Donlod : https://app.box.com/s/2ug1gppnmghyehjr7039hlmpgbhv6y4l

WhatsApp Salafy Cirebon

29. BAB AF'ALUL KHOMSAH


BERKATA IBNU AJURRUM RAHIMAHULLAH :

وَأَمَّا الۡأَفۡعَالُ الۡخَمۡسَةُ فَتُرۡفَعُ بِالنُّونِ وَتُنۡصَبُ وَتُجۡزَم  ُ بِحَذۡفِهَا.

Al-af’alul khamsah (fi’il yang lima) dirafa’ dengan huruf nun, dinashab dan dijazm dengan dibuangnya nun.

BERKATA SYEH MUHAMMAD MUHYIDIN :

Jenis keempat dari kata yang dii’rab menggunakan huruf adalah al-af’alul khamsah. Engkau telah mengetahui apa itu al-af’alul khamsah pada pembahasan yang telah lalu.

Hukum i’rabnya al-af’alul khamsah dirafa’ dengan tetapnya huruf nun sebagai pengganti dari dhammah, dinashab dan dijazm dengan membuang huruf nun ini sebagai pengganti dari fathah atau sukun.

Contoh al-af’alul khamsah yang dirafa’ :

تَكۡتُبَانِ

Kalian (dua orang laki/perempuan) / Mereka (dua orang perempuan) sedang menulis

تَفۡهَمَانِ

Kalian (dua orang laki/perempuan) / Mereka (dua orang perempuan) sedang memahami

28. BAB I'RAB ASMAUL KHOMSAH

BERKATA IBNU AJURRUM RAHIMAHULLAH :

وَأَمَّا الۡأَسۡمَاءُ الۡخَمۡسَةُ فَتُرۡفَعُ بِالۡوَاوِ وَتُنۡصَبُ بِالۡأَلِفِ وَتُخۡفَضُ بِالۡيَاءِ

Asma`ul khamsah dirafa’ menggunakan huruf wawu, dinashab menggunakan huruf alif, dan dikhafdh menggunakan huruf ya`
BERKATA SYEH MUHAMMAD MUHYIDIN :

Jenis ketiga dari lafazh yang dii’rab dengan huruf adalah al-asma`ul khamsah. Penjelasannya dan keterangan syarat-syarat mengi’rab dengan i’rab ini telah lewat.

Hukum i’rabnya adalah dirafa’ dengan huruf wawu sebagai pengganti dari dhammah, dinashab dengan huruf alif sebagai pengganti dari fathah, dan dikhafdh dengan huruf ya` sebagai pengganti dari kasrah.

Contoh al-asma`ul khamsah yang dirafa’ :

إِذَا أَمَرَكَ أَبُوكَ فَأَطِعۡهُ

Jika kamu diperintah oleh bapakmu, maka taatilah dia

حَضَرَ أَخُوكَ مِنۡ سَفَرِه ِ

Saudaramu telah datang safarmu

Masing masing dari أَبُوكَ dan أَخُوكَ adalah dirafa’ karena kedudukannya sebagai fa’il. Tanda rafa’nya adalah wawu sebagai pengganti dari dhammah karena merupakan al-asma`ul khamsah. Dan huruf kaf adalah mudhaf ilaih, mabni atas tanda fathah pada kedudukan khafdh.

Contoh al-asma`ul khamsah yang dinashab :

أَطِعۡ أَبَاكَ، وَأَحۡبِبۡ أَخَاكَ.

Taatilah bapakmu dan cintailah saudaramu

Masing masing dari أَبَاكَ dan أَخَاكَ adalah dinashab karena kedudukannya sebagai maf’ul bih. Tanda nashabnya adalah huruf alif sebagai pengganti dari fathah karena termasuk al-asma`ul khamsah. Dan huruf kaf adalah mudhaf ilaih, mabni atas tanda fathah pada kedudukan jarr, seperti yang telah berlalu.

Contoh al-asma`ul khamsah yang dikhafdh :

اسۡتَمِعۡ إِلَى أَبِيكَ

Simaklah ucapan bapakmu

أَشۡفِقۡ عَلَى أَخِيكَ

Sayangilah saudara laki lakimu

Masing masing dari أَبِيكَ dan أَخِيكَ adalah dikhafdh karena diawali huruf khafdh. Tanda khafdhnya adalah huruf ya` sebagai pengganti dari kasrah karena termasuk al-asma`ul khamsah. Dan huruf kaf adalah mudhaf ilaih sebagaimana sebelumnya.

27. BAB I'RAB JAMA' MUDZAKKAR SALIM

BERKATA IBNU AJURRUM RAHIMAHULLAH :

وَأَمَّا جَمۡعُ الۡمُذَكَّرِ السَّالِمُ فَيُرۡفَعُ بِالۡوَاوِ وَيُنۡصَبُ وَيُخۡفَضُ بِالۡيَاءِ.

Jamak mudzakkar salim dirafa’ dengan huruf wawu, dinashab dan dikhafdh dengan huruf ya.
BERKATA SYEH MUHAMMAD MUHYIDIN :

Jenis kedua dari kata yang dii’rab dengan menggunakan huruf adalah jamak mudzakkar salim. Engkau telah mengetahui pengertian jamak mudzakkar salim pada pembahasan yang telah lalu. Hukum i’rabnya: dirafa’ dengan wawu sebagai pengganti dari dhammah, dinashab dan dikhafdh dengan ya` yang huruf sebelumnya dikasrah dan huruf setelahnya difathah sebagai pengganti dari fathah atau kasrah. Huruf nun yang bersambung setelah wawu atau ya` adalah pengganti tanwin pada isim mufrad.Huruf nun ini dibuang ketika idhafah sebagaimana nun pada isim mutsanna.

Contoh jamak mudzakkar salim yang marfu’:

حَضَرَ الْمُسْلِمُونَ

Kaum muslimin telah hadir

أَفْلَحَ الْآمِرُونَ بِالْمَعْرُوفِ.

Orang orang yang memerintahkan hal yang baik telah beruntung

Masing masing kata dari الْمُسْلِمُونَ dan الْآمِرُونَ adalah marfu’ karena berkedudukan sebagai fa’il. Tanda rafa’nya wawu sebagai pengganti dari dhammah karena berupa jamak mudzakkar salim. Nun adalah pengganti tanwin pada isim mufrad.

Contoh jamak mudzakkar salim yang manshub :

رَأَيْتُ الْمُسْلِمِينَ

Aku melihat orang orang muslim itu

احْتَرَمْتُ الْآمِرِينَ بِالْمَعْرُوفِ.

Saya menghormati orang orang yang memerintahkan hal hal yang baik itu.

Masing masing kata dari الْمُسْلِمِينَ dan الْآمِرِينَ adalah manshub karena berkedudukan sebagai maf’ul bih. Tanda nashabnya adalah huruf ya` yang huruf sebelumnya dikasrah dan huruf setelahnya difathah karena merupakan jamak mudzakkar salim. Nun adalah pengganti dari tanwin pada isim mufrad.

Contoh jamak mudzakkar salim yang makhfudh/majrur :

اتَّصَلْتُ بِالْآَمِرِينَ بِالْمَعْرُوفِ

Saya menghubungi orang orang yang memerintahkan hal yang baik

رَضِيَ اللهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ.

Allah meridhoi orang orang mukmin itu

Masing masing kata dari الْآمِرِينَ dan الْمُؤْمِنِينَ adalah makhfudh karena diawali huruf khafdh. Tanda khafdhnya adalah huruf ya` yang huruf sebelumnya dikasrah dan huruf setelahnya difathah karena merupakan jamak mudzakkar salim. Nun adalah pengganti dari tanwin pada isim mufrod.

Sumber :

http://ismailibnuisa.blogspot.in/2014/07/at-tuhfatus-saniyyah-daftar-pos.html

Terjemahan Tuhfatus Saniyah Muhammad Muhyidin Hal 108 - 113

26. BAB I'RAB MUTSANNA

BERKATA IBNU AJURRUM RAHIMAHULLAH :

فَأَمَّا التَّثۡنِيَةُ فَتُرۡفَعُ بِالۡأَلِفِ، وَتُنۡصَبُ وَتُخۡفَضُ بِالۡبَاءِ.

Tatsniyah dirafa’ dengan huruf alif, dinashab dan dikhafdh dengan huruf ya.

BERKATA SYEH MUHAMMAD MUHYIDIN :

Yang pertama dari kata-kata yang dii’rab menggunakan huruf adalah tatsniyah, yaitu isim mutsanna sebagaimana yang telah engkau tahu. Dan engkau juga telah mengetahui pengertian mutsanna dari pembahasan yang telah lewat.

Hukum tatsniyah adalah dirafa’ dengan alif sebagai pengganti dari dhammah, dinashab dan dikhafdh dengan ya` yang difathah huruf sebelumnya dan dikasrah huruf setelahnya sebagai pengganti dari fathah atau kasrah. Dan huruf nun disambungkan padanya setelah alif atau ya`. Ia sebagai pengganti dari tanwin yang terdapat pada isim mufrad. Dan huruf nun ini tidak dibuang kecuali ketika di idhafah kan.

Contoh mutsanna yang marfu’ :

حَضَرَ الۡقَاضِيَانِ،

Dua hakim itu telah hadir

وَقَالَ رَجُلَانِ.

Dua orang itu telah berkata

Masing masing kata dari الۡقَاضِيَانِ dan رَجُلَانِ adalah marfu’, karena berkedudukan sebagai fa’il. Tanda rafa’nya alif sebagai pengganti dari dhammahckarena kata itu berupa isim mutsanna. Dan huruf nun adalah pengganti dari tanwin pada isim mufrad.

Contoh mutsanna yang manshub :

أُحِبُّ الۡمُؤَدَّبَيۡنِ،

Saya mencintai dua orang yang santun itu

وَأَكۡرَهُ الۡمُتَكَاسِلَيۡنِ.

Dan saya membenci dua orang yang bermalas malasan itu

Masing masing kata dari الۡمُؤَدَّبَيۡنِ dan الۡمُتَكَاسِلَيۡنِ adalah manshub, karena berkedudukan sebagai maf’ul bih. Tanda nashabnya adalah huruf ya` yang difathah huruf sebelumnya dan dikasrah huruf setelahnya sebagai pengganti dari fathah, karena kata itu merupakan isim mutsanna. Dan huruf nun adalah pengganti dari tanwin pada isim mufrad.

Contoh mutsanna yang makhfudh/majrur :

نَظَرۡتُ إِلَى الۡفَارِسَيۡنِ عَلَى الۡفَرَسَيۡنِ.

Saya melihat dua joki itu sedang berada diatas kedua kuda itu

Setiap dari الۡفَارِسَيۡنِ dan الۡفَرَسَيۡنِ adalah makhfudh, karena masuknya huruf khafdh padanya. Tanda khafdhnya adalah huruf ya` yang difathah huruf sebelumnya dan dikasrah huruf setelahnya sebagai pengganti dari kasrah, karena kata itu merupakan isim mutsanna. Dan huruf nun adalah pengganti dari tanwin pada isim mufrad.

25. BAB KATA YANG DI I'RAB DENGAN HURUF


BERKATA IBNU AJURRUM RAHIMAHULLAH :

وَالَّذِي يُعۡرَبُ بِالۡحُرُوفِ أَرۡبَعَةُ أَنۡوَاعٍ: التَّثۡنِيَةُ وَجَمۡعُ الۡمُذَكَّرالسَّالِمُ وَالۡأَسۡمَاءُ الۡخَمۡسَةُ وَالۡأَفۡعَالُ الۡخَمۡسَةُ وَهِيَ: يَفۡعَلَانِ، وَتَفۡعَلَانِ، وَيَفۡعَلُونَ، وَتَفۡعَلُونَ، وَتَفۡعَلَانِ.

Kata yang dii’rab menggunakan huruf ada empat macam : tatsniyah, jamak mudzakkar salim, asma`ul khamsah, dan af’alu khamsah yaitu: يَفۡعَلَانِ، وَتَفۡعَلَانِ، وَيَفۡعَلُونَ، وَتَفۡعَلُونَ، وَتَفۡعَلَانِ
BERKATA SYEH MUHAMMAD MUHYIDIN :

Bagian kedua dari kata yang dapat dii’rab adalah kata-kata yang dii’rab dengan huruf. Dan huruf yang menjadi tanda i’rab ada empat, yaitu: huruf alif, wawu, ya`, dan nun.

Dan kata yang dii’rab dengan huruf-huruf ini ada empat :

1. Tatsniyah, yaitu mutsanna,

Contohnya :

الْمِصْرَانِ، وَالْمُحَمَّدَانِ، وَالْبَكْرَانِ، وَالرَّجُلَانِ,

2. Jamak mudzakkar salim,

Contohnya :

الْمُسْلِمُونَ، وَالْبَكْرُونَ، وَالْمُحَمَّدُونَ,

3. Asma`ul khamsah ,

Yaitu :

أَبُوكَ، وَأَخُوكَ، وَحَمُوكَ، وَفُوكَ، وَذُو مَالٍ,

4. Af'alul khamsah,

Contohnya :

يَضْرِبَانِ، وَتَكْتُبَانِ، وَيَفْهَمُونَ، وَتَحْفَظُونَ، وَتَسْهَرِينَ.

Penjelasan i’rab masing masing dari empat hal ini akan datang secara terperinci insya Allah

24. BAB HUKUM ASAL DALAM I'RAB ADALAH KATA² YANG DI I'RAB DENGAN HAROKAT DAN APA² SAJA YANG KELUAR DARI HUKUM ASALNYA.

BERKATA IBNU AJURRUM RAHIMAHULLAH :

وَكُلُّهَا تُرۡفَعُ بِالضَّمَّةِ وَتُنۡصَبُ بِالۡفَتۡحَةِ وَتُخۡفَضُ بِالۡكَسۡرَةِ وَتُجۡزَمُ بِالسُّكُونِ؛ وَخَرَجَ عَنۡ ذٰلِكَ ثَلَاثَةُأَشۡيَاءَ: جَمۡعُ الۡمُؤَنَّثِ السَّالِمُ يُنۡصَبُ بِالۡكَسۡرَةِ وَالۡإِسۡمُ الَّذِي لَا يَنۡصَرِفُ يُخۡفَضُ بِالۡفَتۡحَةِ وَالۡفِعۡلُ الۡمُضَارِعُ الۡمُعۡتَلُّ الۡآخِرِ يُجۡزَمُ بِحَذۡفِ آخِرِهِ.

Seluruh kata yang dii’rab dengan harakat ini dirafa’ dengan dhammah, dinashab dengan fathah, dikhafdh dengan kasrah, dan dijazm dengan sukun. Ada tiga jenis kata yang keluar dari ketentuan ini, yaitu:
1. Jamak muannats salim dinashab dengan kasrah,

2. Isim ghairu munsharif dikhafdh dengan fathah,

3. Fi’il mudhari’ mu’tal akhir dijazm dengan membuang huruf akhir.

BERKATA SYEH MUHAMMAD MUHYIDIN :

Hukum asal dari empat jenis kata yang dii’rab dengan harakat adalah dirafa’ dengan dhammah, dinashab dengan fathah, dikhafdh dengan kasrah, dan dijazm dengan sukun.

Adapun rafa’ dengan dhammah, seluruh kata yang dii’rab dengan harakat pada hukum asalnya. Jadi seluruhnya dirafa’ dengan dhammah.

Contohnya :

يُسَافِرُ مُحَمَّدٌ وَالْأَصْدِقَاءُ وَالْمُؤْمِنَاتُ

Muhammad, teman teman dan wanita yang beriman itu mengadakan perjalan jauh

Maka kata يُسَافِرُ adalah fi’il mudhari’ marfu’ karena tidak ada amil yang menashabkan dan menjazmkan, tanda rafa’nya dhammah yang nampak.

Kata مُحَمَّدٌ adalah fa’il marfu’, tanda rafa’nya dhammah yang nampak. Ia merupakan isim mufrad.

Kata الْأَصْدِقَاءُ marfu’ karena di’athaf ke yang marfu’, tanda rafa’nya dhammah yang nampak. Ia merupakan jamak taksir.

Dan kata الْمُؤْمِنَاتُ adalah marfu’ karena juga di’athaf ke yang marfu’, tanda rafa’nya dhammah yang nampak. Ia merupakan jamak muannats salim.

Adapun nashab dengan fathah, seluruhnya sesuai pada hukum asalnya, kecuali jamak muannats salim,karena kata ini dinashab dengan kasrah sebagai pengganti fathah.

Contohnya:

لَنْ أُخَالِفَ مُحَمَّدًا وَالْأَصْدِقَاءَ وَالْمُؤْمِنَاتِ.

Saya tidak akan menyelisihi muhammad, teman teman dan wanita yang beriman itu.

Maka kata أُخَالِفَ adalah fi’il mudhari’ manshub karena لَنْ, tanda nashabnya adalah fathah yang nampak.

Kata مُحَمَّدًا adalah maf’ul bih manshub, tanda nashabnya fathah yang nampak. Ia adalah isim mufrad sebagaimana yang telah engkau ketahui.

Kata الْأَصْدِقَاءَ adalah manshub, karena ia di’athaf ke yang manshub, tanda nashabnya adalah fathah yang nampak. Ia adalah jamak taksir sebagaimana yang telah engkau ketahui.

Dan kata الْمُؤْمِنَاتِ adalah manshub, karena ia di’athaf ke manshub, tanda nashabnya adalah kasrah sebagai pengganti dari fathah, karena ia adalah jamak muannats salim.

Adapun khafdh dengan kasrah, seluruhnya pada hukum asalnya,kecuali fi’il mudhari’ karena ia tidak bisa dikhafdh. Juga selain isim ghairu munsharif, karena ia dikhafdh dengan fathah sebagai pengganti dari kasrah.

Contohnya :

مَرَرْتُ بِمُحَمَّدٍ، وَالرِّجَالِ، وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَأَحْمَدَ.

Saya melewati muhammad ,lelaki lelaki itu, wanita wanita yang beriman itu dan ahmad

Maka kata مَرَرْتُ adalah fi’il dan fa’il.

Dan huruf ba` adalah huruf khafdh.

Dan kata مُحَمَّدٍ dikhafdh dengan huruf ba`, tanda khafdhnya adalah kasrah yang nampak. Ia adalah isim mufrad munsharif sebagaimana yang telah engkau ketahui.

Dan kata الرِّجَالِ adalah dikhafdh karena dia di’athaf kepada yang dikhafdh, tanda khafdhnya adalah kasrah yang nampak. Dan ia adalah jamak taksir munsharif sebagaimana juga engkau telah ketahui.

Dan kata الْمُؤْمِنَاتِ adalah dikhafdh karena dia di’athaf kepada yang dikhafdh, tanda khafdhnya adalah kasrah yang nampak. Dan ia adalah jamak muannats salim sebagaimana yang engkau telah ketahui.

Dan kata أَحْمَدَ adalah dikhafdh karena dia di’athaf kepada yang dikhafdh, tanda khafdhnya adalah fathah sebagai pengganti dari kasrah. Karena ia adalah isim ghairu munsharif, yang mencegah dari tanwinnya adalah nama dan wazan fi’il.

Adapun jazm dengan sukun, maka engkau tahu bahwa jazm khusus pada fi’il mudhari’. Jika fi’il mudhari’nya shahih akhir, maka jazmnya dengan sukun sebagaimana asal jazm.

Contohnya :

لَمْ يُسَافِرْ خَالِدٌ.

Kholid tidak melakukan perjalanan

Maka لَمْ adalah huruf nafi, jazm, dan qalb.

Kata يُسَافِرْ adalah fi’il mudhari’ majzum dengan sebab لَمْ, tanda jazmnya adalah sukun.

Dan kata خَالِدٌ adalah fa’il yang marfu’, tanda rafa’nya adalah dhammah yang nampak. Jika fi’il mudhari’ tersebut mu’tal akhir, jazmnya dengan membuang huruf ‘illah.

Contohnya :

لَمْ يَسْعَ بَكْرٌ، وَلَمْ يَدْعُ، وَلَمْ يَقْضِ

Bakr belum berusaha, belum berdoa dan belum memutuskan

Masing dari kata يَسْعَ، وَيَدْعُ، وَيَقْضِ adalah fi’il mudhari’ majzum dengan sebab لَمْ. Tanda jazmnya adalah membuang alif dari يَسْعَ dan fathah sebelumnya adalah pertanda jazm nya kata itu. Dan membuang wawu dari يَدْعُ dan dhammah sebelumnya adalah pertandan jazmnya kata itu. Dan membuang huruf ya` dari يَقْضِ dan kasrah sebelumnya adalah pertanda dari jazmnya kata ini.

Sumber :

http://ismailibnuisa.blogspot.in/2013/10/at-tuhfatus-saniyyah-asal-dalam-irab.html

Terjemahan Tuhfatussaniyah Muhammad Muhyidin Hal 104 - 107

Forum Belajar Bahasa Arab

Senin, 27 April 2015

al Ajurumiyyah : Pelajaran – 20

Pelajaran Kedua Puluh : Alamat Ketiga dari Alamat Khafadh atau Jar

MATAN:

 قال المؤلف – رحمه الله:

“وَأَمَّا الْفَتْحَةُ فَتَكُونُ عَلاَمَة لِلْخفضِ في الاسمِ الذِي لا يَنْصَرِفُ.”

Berkata penulis rahimahullah: “Adapun Fathah, maka ia menjadi alamat bagi Khafadh pada Isim yang tidak menerima Tanwin.”
?PENJELASAN:

Alamat ketiga dari alamat Khafadh suatu kalimat adalah Fathah. Fathah, ia menjadi alamat bagi Khafadh hanya pada satu tempat saja, yaitu pada Isim yang tidak menerima Tanwin.

Yang dimaksud dengan Isim yang tidak menerima Tanwin adalah dia tidak bisa menerima tanda Tanwin maupun Kasrah.

Contohnya:

    أَحْمَدُ
    زَيْنَبُ
    حَمْزَةُ
    خَدِيْجَةُ
    إِبْرَاهِيْمُ
    إِسْمَاعِيْلُ

Kalian perhatikan 6 Isim diatas!

Kalian dapatkan keenam Isim tersebut tidak menerima Tanwin. Jika kalian mendapatkan Isim yang tidak menerima Tanwin, maka jika dia dimasuki Huruf Khafadh atau Jar, maka tanda Jar-nya bukan dengan Kasrah, tetapi dengan Fathah.

Contoh:

سَلَّمْتُ عَلَى أَحْمَدَ.

“Aku memberi salam kepada Ahmad.”

هَذَا الْكِتَابُ لِزَيْنَبَ وَذَاكَ الْكِتَابُ لِحَمْزَةَ.

“Kitab ini milik Zainab.”

اشْتَرَيْتُ هَذِهِ السَّيَارَةَ مِنْ إِبْرَاهِيْمَ.

“Aku membeli mobil ini dari Ibrahim.”

جَلَسَ مُحَمَّدٌ أَمَامَ إِسْمَاعِيْلَ.

“Muhamad duduk didepan Ismail.”

Perhatikanlah empat contoh diatas!

Pada empat Jumlah diatas, kalian mendapatkan kalimat (أَحْمَدَ), (زَيْنَبَ), (حَمْزَةَ), (إِبْرَاهِيْمَ) dan (إِسْمَاعِيْلَ) semua dalam keadaan Majrur, hal ini disebabkan karena adanya huruf Khafadh atau Jar yang masuk padanya. Apabila ada huruf Khafadh atau Jar masuk pada suatu Isim, maka mengharuskan ia menjadi Majrur atau Makhfudh, sedangkan alamat Jar dari kelima Isim diatas adalah Fathah, karena kelima Isim tersebut termasuk dalam katagori Isim yang tidak bisa menerima Tanwin.

Kesimpulan:

Dari penjelasan diatas dapat kita simpulkan bahwa jika kalian mendapatkan Isim yang tidak bisa menerima Tanwin maka tanda Jar-nya dengan Fathah, adapun Isim yang dapat menerima Tanwin maka tanda Jar-nya dengan Kasrah.

    Isim yang menerima Tanwin:
        بَكْرٌ – لِبَكْرٍ.
        عَلِيٌّ – مِنْ عَلِيٍّ.

    Isim yang tidak menerima Tanwin:
        عُمَرُ – لِعُمَرَ
        عُثْمَانُ – مِنْ عُثْمَانَ.

Huruf Khafadh atau Jar yang masuk pada empat  Jumlah diatas ada dua; (لِ) dan (مِنْ)

Dengan ini usailah kita dari pembahasan alamat Khafadh atau Jar suatu Isim atau kalimat. In syaa Allah kita akan memasuki Jenis keempat dari Jenis-jenis I’rab, yaitu Jazem.

Jadi, apa yang dituntut dari kita pada pelajaran hari ini?

Kita dituntut oleh penulis kitab ini untuk menghafal dan mengenal alamat-alamat I’rab, yaitu apakah alamat I’rab suatu kalimat ketika Makhfudh/ di Khafadh?

Adapun kita mengetahui kapan kalimat itu Majrur (di Jar) maka hal ini akan dibahas pada babnya tersendiri. Yang terpenting bagi kita sementara ini adalah mengenal tanda-tanda I’rabnya terlebih dahulu dan jangan kalian terpusingkan dengan sesuatu yang belum datang penjelasannya!

Bersabarlah, karena kemampuanmu akan berkembang sedikit demi sedikit jika kalian dapat menghafal dan memahami apa yang disebutkan oleh penulis rahimahullah. Teruslah mengulang-ulang pelajaran yang telah lewat jika kalian ingin berhasil memahami ilmu Nahwu dan bisa membaca kitab tanpa berharakat dengan ijin Allah Ta’ala.

Demikianlah pelajaran kita hari ini. Kita akan lanjutkan -in syaa Allah- pada pertemuan yang akan datang. Semoga Allah memberikan kepada kalian semua terus semangat dalam belajar dan menganugerahkan kepada kalian pemahaman dalam mempelajari Ilmu Nahwu. Barakallahu fikum.

Waffaqallahul jami’ li kulli khoirin.
-ditulis oleh Abu ‘Ubaidah Iqbal bin Damiri al-Jawy, 28 Dzul Qa’dah 1435/ 23 September 2014_di Daarul Hadits_Al Fiyusy_Harasahallah.

Minggu, 26 April 2015

al Ajurumiyyah : Pelajaran – 19

Pelajaran Kesembilanbelas : Alamat Kedua dari Alamat Khafadh atau Jar

MATAN:

 قال المؤلف – رحمه الله:

“وَأَمَّا الْيَاءُ فَتَكُونُ عَلاَمَةً لِلْخَفْضِ في ثَلاَثَةِ مَوَاضِعَ: في الأسْمَاءِ الْخَمْسَةِ، وَفي التَّثْنِيّةِ، وَالْجَمْعِ.”

Berkata penulis rahimahullah:

“Adapun Ya, maka ia menjadi alamat bagi Khafadh pada tiga tempat:

    Al-Asmaaul Khamsah.
    Tatsniyyah.
    Jamak.
?PENJELASAN:

Alamat kedua dari alamat Khafadh suatu kalimat adalah Ya. Ya, ia menjadi alamat bagi Khafadh pada tiga tempat;

    Al-Asmaaul Khamsah.

Telah berlalu pembahasan definisi Al-Asmaaul Khamsah.

Disini disebutkan oleh penulis rahimahullah bahwa Al-Asmaaul Khamsah jika di Jar atau dalam keadaan Majrur, maka alamat Jar-nya adalah Ya.

Contoh:

سَلَّمْتُ عَلَى أَبِيْكَ.

“Aku memberi salam kepada ayahmu.”

اشْتَرَيْتُ هَذَا الْقَلَمَ مِنْ أَخِيْكَ.

“Aku membeli pena ini dari saudaramu.”

هَذِهِ الصَّدَقَةُ مِنْ ذِيْ مَالٍ.

“Shadaqah ini dari orang yang memiliki harta.”

Perhatikanlah tiga contoh diatas!

Pada tiga Jumlah diatas, kalian mendapatkan kalimat (أَبِيْكَ), (أَخِيْكَ) dan (ذِيْ مَالٍ) semua dalam keadaan Majrur, hal ini disebabkan karena adanya huruf Khafadh atau Jar yang masuk padanya. Apabila ada huruf Khafadh atau Jar masuk pada Al-Asmaaul Khamsah, maka mengharuskan ia menjadi Majrur atau Makhfudh, sedangkan alamat Jar dari ketiga kalimat diatas adalah Ya, karena ketiganya adalah termasuk dalam Al-Asmaaul Khamsah.

    Tatsniyah.

Yang dimaksud Tatsniyah disini adalah Isim Al-Mutsanna. Telah berlalu pembahasan definisi Isim Al-Mutsanna. Disini disebutkan oleh penulis rahimahullah bahwa Isim Al-Mutsanna jika di Jar atau dalam keadaan Majrur, maka alamat Jar-nya adalah Ya.

Contoh:

سَلَّمْتُ عَلَى الطَّالِبَيْنِ.

“Aku memberi salam kepada dua siswa itu.”

اسْتَفَدَ خَالِدٌ مِنَ الْمُدَرِّسَيْنِ.

“Khalid mengambil faedah dari dua pengajar itu.”

هَذِهِ الْكُتُبُ لِلرَّجُلَيْنِ.

“Kitab-kitab ini milik dua laki-laki itu.”

Perhatikanlah tiga contoh diatas!

Pada tiga Jumlah diatas, kalian mendapatkan kalimat (الطَّالِبَيْنِ), (الْمُدَرِّسَيْنِ) dan (الرَّجُلَيْنِ) semua dalam keadaan Majrur, hal ini disebabkan karena adanya huruf Khafadh atau Jar yang masuk padanya. Apabila ada huruf Khafadh atau Jar masuk pada Isim Al-Mutsanna, maka mengharuskan ia menjadi Majrur atau Makhfudh, sedangkan alamat Jar dari ketiga kalimat diatas adalah Ya, karena ketiganya adalah Isim Al-Mutsanna.

    Jamak.

Yang dimaksud Jamak disini adalah Jamak Mudzakkar Saalim. Telah berlalu pembahasan definisi Jamak Mudzakkar Saalim. Disini disebutkan oleh penulis rahimahullah bahwa Jamak Mudzakkar Saalim jika di Jar atau dalam keadaan Majrur, maka alamat Jar-nya adalah Ya.

Contoh:

سَلَّمَ زَيْدٌ عَلَى الْمُهَنْدِسِيْنَ.

“Zaid memberi salam kepada para insinyur itu.”

لَا تَمْشِ أَمَامَ الْمُصَلِّيْنَ.

“Janganlah kamu lewat didepan orang-orang yang sedang shalat!”

هَذَا الْمَسْجِدُ لِلْمُسْلِمِيْنَ.

“Masjid ini milik kaum muslimin.”

Perhatikanlah tiga contoh diatas!

Pada tiga Jumlah diatas, kalian mendapatkan kalimat (الْمُصَلِّيْنَ), (الْمُهَنْدِسِيْنَ) dan (الْمُسْلِمِيْنَ), semua dalam keadaan Majrur, hal ini disebabkan karena adanya huruf Khafadh atau Jar yang masuk padanya. Apabila ada huruf Khafadh atau Jar masuk pada Jamak Mudzakkar Saalim, maka mengharuskan ia menjadi Majrur atau Makhfudh, sedangkan alamat Jar dari ketiga kalimat diatas adalah Ya, karena ketiganya adalah Jamak Mudzakkar Saalim.

?Kesimpulan:

Dari penjelasan diatas kita simpulkan bahwa Al-Asmaaul Khamsah, Isim Al-Mutsanna dan Jamak Mudzakkar Saalim, semuanya apabila dalam keadaan Majrur, maka tanda Jar-nya adalah dengan Ya.

Perhatian:

    Untuk melihat definisi Isim Al-Mutsanna dan Jamak Mudzakkar Saalim, silahkan lihat pelajaran keenambelas!
    Bagaimana kita membedakan antara Isim Al-Mutsanna dengan Jamak Mudzakkar Saalim? Silahkan lihat pula pada pelajaran keenambelas!

Jadi, apa yang dituntut dari kita pada pelajaran hari ini?

Kita dituntut oleh penulis kitab ini untuk menghafal dan mengenal alamat-alamat I’rab, yaitu apakah alamat I’rab suatu kalimat ketika Makhfudh/ di Khafadh?

Adapun kita mengetahui kapan kalimat itu Majrur (di Jar) maka hal ini akan dibahas pada babnya tersendiri. Yang terpenting bagi kita sementara ini adalah mengenal tanda-tanda I’rabnya terlebih dahulu dan jangan kalian terpusingkan dengan sesuatu yang belum datang penjelasannya!

Bersabarlah, karena kemampuanmu akan berkembang sedikit demi sedikit jika kalian dapat menghafal dan memahami apa yang disebutkan oleh penulis rahimahullah. Teruslah mengulang-ulang pelajaran yang telah lewat jika kalian ingin berhasil memahami ilmu Nahwu dan bisa membaca kitab tanpa berharakat dengan ijin Allah Ta’ala. Demikianlah pelajaran kita hari ini. Kita akan lanjutkan alamat ketiga dari alamat Khafadh pada pertemuan yang akan datang in syaa Allah.

Semoga Allah memberikan kepada kalian semua terus semangat dalam belajar dan menganugerahkan kepada kalian pemahaman dalam mempelajari Ilmu Nahwu. Barakallahu fikum. Waffaqallahul jami’ li kulli khoirin.
-ditulis oleh Abu ‘Ubaidah Iqbal bin Damiri al-Jawy, 20 Dzu

Sabtu, 25 April 2015

al Ajurumiyyah : Pelajaran – 18 (REVISI)

Pelajaran Kedelapanbelas : Bab Alamat Khafadh atau Jar Suatu Kalimat
“قال المؤلف – رحمه الله: “وَلِلْخَفْضِ ثَلاَثُ عَلاَمَاتٍ: الْكَسْرَةُ، وَالْيَاءُ، وَالْفَتْحَة.

Berkata penulis rahimahullah :

“Khafadh memiliki tiga alamat; Kasrah, Ya dan Fathah.”
?Penjelasan:

Pada pembahasan yang telah lalu, kita telah mempelajari dua jenis I’rab, yaitu Rafa’ dan Nashab, dan telah berlalu pula pembahasan masing-masing alamatnya. Sekarang kita memasuki jenis ketiga dari macam-macam I’rab, yaitu Khafadh. Diterangkan oleh penulis kitab ini, bahwa Khafadh memiliki tiga alamat.
Matan :
“قال المؤلف – رحمه الله: فأَمَّا الْكَسْرَةُ فَتَكُونُ عَلاَمَةً لِلْخَفْضِ في ثَلاَثَةِ مَوَاضِعَ: في الاسْمِ الْمُفْرَدِ الْمُنْصَرِفِ، وَجَمْعِ التَّكْسِيرِ المُنْصَرِفِ, وَجَمْعِ المُؤَنْثِ السَّالِم.”

Berkata penulis rahimahullah:

Adapun Kasrah, maka ia menjadi alamat bagi Khafadh pada tiga tempat;

    Isim Mufrad yang menerima Tanwin.
    Jamak Taksir yang menerima Tanwin.
    Jamak Muannats Salim.

?Penjelasan:

Alamat pertama adalah Kasrah. Harakat Kasrah, ia menjadi alamat bagi Khafadh pada tiga tempat :

1. Isim Mufrad yang menerima Tanwin.

Telah lewat definisi dari Isim Mufrad. Isim Mufrad yang menerima tanwin apabila dalam keadaan Majrur (di Jar) maka tanda Jar-nya adalah dengan Kasrah.

Contoh:

سَلَّمْتُ عَلَى مُحَمَّدٍ

“Aku memberi salam kepada Muhamad.”

صَعَدَ خَالِدٌ إِلَى السَّقْفِ

“Khalid naik ke atap rumah”

خَرَجَ عَلِيٌّ مِنَ الْمَسْجِدِ

“Ali keluar dari rumah.”

Perhatikanlah tiga contoh diatas!

Pada tiga Jumlah diatas, kalian mendapatkan kalimat (مُحَمَّدٍ), (السَّقْفِ) dan (الْمَسْجِدِ) semua dalam keadaan berharakat Kasrah, hal ini disebabkan adanya huruf Khafadh atau Jar yang masuk padanya. Apabila ada huruf Khafadh atau Jar masuk pada suatu Isim, maka mengharuskan Isim tersebut menjadi Majrur atau Makhfudh. Ketiga kalimat diatas semuanya Majrur dengan Kasrah, karena ketiganya adalah Isim Mufrad yang bisa menerima Tanwin.

2. Jamak Taksir yang menerima Tanwin.

Telah lewat definisi dari Jamak Taksir. Jamak Taksir yang menerima tanwin apabila dalam keadaan Majrur (di Jar) maka tanda Jar-nya dengan Kasrah.

Contoh:

سَلَّمْتُ عَلَى الطُّلَّابِ

“Aku memberi salam kepada para siswa.”

اسْتَفَدَ الْمُدَرِّسُ مِنْ هَذِهِ الْكُتُبِ

“Pak guru mengambil faedah dari buku-buku ini.”

اشْتَرَى أَبِي هَذِهِ السِّلَعَ مِنَ التُّجَّارِ

“Ayahku membeli barang-barang dagangan ini dari para pedagang itu.”

Perhatikanlah tiga contoh diatas!

Pada tiga Jumlah diatas, kalian mendapatkan kalimat (الطُّلَّابِ), (الْكُتُبِ) dan (التُّجَّارِ) semua dalam keadaan berharakat Kasrah, hal ini disebabkan adanya huruf Khafadh atau Jar yang masuk padanya. Ketiga kalimat diatas semuanya Majrur dengan kasrah, karena ketiganya adalah Jamak Taksir yang bisa menerima Tanwin.

3. Jamak Muannats Salim.

Telah lewat pula definisi dari Jamak Muannats Salim. Jamak Muannats Salim apabila dalam keadaan Majrur (di Jar) maka tanda Jar-nya dengan Kasrah.

Contoh:

سَلَّمَتْ زَيْنَبُ عَلَى الطَّالِبَاتِ

“Zainab memberi salam kepada para siswi.”

ذَهَبَتْ فَاطِمَةُ إِلَى الْمُدَرِّسَاتِ

“Fathimah pergi (menemui) para ibu guru.”

هَذِهِ الْكُتُبُ لِلْمُسْلِمَاتِ

“Kitab-kitab ini milik para muslimah itu.”

Perhatikanlah tiga contoh diatas!

Pada tiga Jumlah diatas, kalian mendapatkan kalimat (الطَّالِبَاتِ), (الْمُدَرِّسَاتِ) dan (الْمُسْلِمَاتِ) semua dalam keadaan berharakat Kasrah, hal ini disebabkan adanya huruf Khafadh atau Jar yang masuk padanya. Ketiga kalimat diatas semuanya Majrur dengan kasrah, karena ketiganya adalah Jamak Muannats Salim.

4 Kesimpulan

Dari penjelasan diatas kita simpulkan bahwa Isim Mufrad yang menerima Tanwin, Jamak Taksir yang menerima Tanwin dan juga Jamak Muannats Salim, semuanya apabila dalam keadaan Majrur, maka tanda Jar-nya adalah dengan Kasrah.

?Perhatian:

    Jar dan Khafadh adalah bermakna satu.
    Jumlah dalam bahasa Indonesia bermakna kalimat.
    Kalimat dalam bahasa Indonesia bermakna kata.
    Isim Mufrad atau Jamak Taksir yang menerima Tanwin artinya disana ada Isim Mufrad dan Jamak Taksir yang tidak bisa menerima Tanwin. Apabila kalian dapatkan Isim Mufrad atau Jamak Taksir tidak bisa menerima Tanwin, maka tanda Khafadh atau Jar-nya bukan dengan Kasrah. Akan datang in Syaa Allah pembahasannya tersendiri.
    Istilah-istilah Nahwu sengaja kami buat huruf awalnya dengan huruf besar.

Jadi, apa yang dituntut dari kita pada pelajaran hari ini?

Kita dituntut oleh penulis kitab ini untuk menghafal dan mengenal alamat-alamat I’rab, yaitu apakah alamat I’rab suatu kalimat ketika di Khafadh?

Adapun kita mengetahui kapan kalimat itu Majrur (di Jar) maka hal ini akan dibahas pada babnya tersendiri. Yang erpenting bagi kita sementara ini adalah mengenal tanda-tanda I’rabnya terlebih dahulu dan jangan kalian terpusingkan dengan sesuatu yang belum datang penjelasannya!
Demikianlah pelajaran kita hari ini. Kita akan lanjutkan alamat kedua dari alamat Khafadh pada pertemuan yang akan datang in syaa Allah.

Semoga Allah memberikan kepada kalian semua terus semangat dalam belajar dan menganugerahkan kepada kalian pemahaman dalam mempelajari Ilmu Nahwu. Barakallahu fikum.
Waffaqallahul jami’ li kulli khoirin.
?ditulis oleh Abu ‘Ubaidah Iqbal bin Damiri Al Jawy, 13 Dzul Qa’dah 1435/ 8 September 2014_di Daarul Hadits_Al Fiyusy_Harasahallah.

al Ajurumiyyah : Pelajaran – 17

Pelajaran Ketujuhbelas : ‘Alamat Nashab suatu Kalimat

قال المؤلف – رحمه الله: “وَأمَّا حَذْفُ النُّونِ فَيَكُون عَلاَمةً لِلنَّصْبِ في الأفْعَالِ الْخَمْسَةِ التي رَفْعُهَا بثَبَاتِ النُّونِ.”

Berkata Penulis_rahimahullah Ta’ala:

“Adapun Hadzfun Nun (membuang huruf Nun) menjadi alamat bagi Nashab pada Al Af’al Al Khamsah yang Rafa’nya dengan tetapnya huruf Nun.”
?Penjelasan:

Ini adalah alamat kelima atau terakhir dari alamat-alamat Nashab. Hadzfun Nun (membuang huruf Nun) menjadi alamat bahwa kalimat itu Manshub (dinashab) hanya pada satu tempat, yaitu pada Al Af’al Al Khamsah.

4Apa itu Al Af’al Al Khamsah?

Dia adalah Fi’il Mudhari’ yang bersambung padanya Dhamir Tatsniyah atau Dhamir Jamak atau Dhamir Ya Mukhathabah.

Dan telah lewat pada bab “Alamat Rafa’ suatu kalimat” bahwa tanda Rafa’ Al Af’al Al Khamsah adalah dengan huruf Nun pada akhir kalimat dan juga telah lewat pula penjelasannya, silahkan dilihat kembali! Adapun alamat Nashabnya adalah dengan membuang huruf Nun tersebut.

Al Af’al Al Khamsah adalah Fi’il Mudhari’ yang mengikuti Wazan (pola pembentukan) Fi’il  sebagai berikut:

- يَفْعَلَانِ

- تَفْعَلَانِ
- يَفْعَلُوْنَ
- تَفْعَلُوْنَ
- تَفْعَلِيْنَ

Apabila kalian mendapatkan Fi’il Mudhari’ dengan mengikuti Wazan diatas maka dia termasuk dalam katagori Al Af’al Al Khamsah.

4Catatan:

Lihatlah pada lima Fi’il diatas! Kalian mendapatkan huruf Nun pada akhir kalimatnya, itu adalah alamat Rafa’nya. Adapun jika lima Fi’il tersebut di Nashab, maka tanda Nashabnya dengan membuang huruf Nun tersebut.

Contoh:

يَفْعَلَانِ – لَنْ يَفْعَلَا

تَفْعَلَانِ – لَنْ تَفْعَلَا

يَفْعَلُوْنَ – لَنْ يَفْعَلُوا

تَفْعَلُوْنَ – لَنْ تَفْعَلُوْا

تَفْعَلِيْنَ – لَنْ تَفْعَلِي

Perhatikanlah!

Lima Fi’il diatas dimasuki Amil yang menashabkan Fi’il Mudhari’, yaitu (لَنْ). Kalian lihat, tatkala Amil Nashab tersebut masuk padanya, maka merubah lima Fi’il tersebut yang sebelumnya dalam keadaan Marfu’, sekarang berubah menjadi Manshub, sedangkan tanda Nashabnya adalah dengan membuang huruf Nun-nya.

Berikut contoh Al Af’al Al Khamsah dalam keadaan Manshub didalam Al Qur’an;

{وَلَنْ تَفْعَلُوا}

“dan pasti kalian tidak akan dapat membuat(nya)” [QS. Al Baqarah: 24]

{ذَلِكَ لِتُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ}

“Demikianlah supaya kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.” [QS. Al Mujaadilah: 4]

{وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ}

“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. [QS. At Taubah: 122]

Perhatikanlah tiga ayat diatas!

Kalian mendapatkan Fi’il (تَفْعَلُوا) pada ayat pertama, Fi’il (لِتُؤْمِنُوا) pada ayat kedua dan Fi’il (لِيَنْفِرُوا), (لِيَتَفَقَّهُوا) dan (وَلِيُنْذِرُوا) pada ayat ketiga, semuanya dalam keadaan Manshub. Adapun alamat Nashabnya adalah dengan dibuangnya huruf Nun yang ada pada akhir Fi’il tersebut.

Jadi, apa yang dituntut dari kita pada pelajaran hari ini?

Kita dituntut oleh penulis kitab ini untuk menghafal dan mengenal alamat-alamat I’rab, yaitu apakah alamat I’rab suatu kalimat ketika di Nashab?

Adapun kita mengetahui kapan kalimat itu Manshub (dinashab) maka hal ini akan dibahas pada babnya tersendiri. Yang terpenting bagi kita sementara ini adalah mengenal tanda-tanda I’rabnya terlebih dahulu dan jangan kalian terpusingkan dengan sesuatu yang belum datang penjelasannya!

Dengan ini selesai sudah kita dari penjelasan Alamat Nashab suatu kalimat. Jangan lupa untuk terus diingat, dihafal dan dipelajari ulang dari apa yang telah kami jelaskan.

Semoga Allah memberikan kepada kalian semua terus semangat dalam belajar dan menganugerahkan kepada kalian pemahaman dalam mempelajari Ilmu Nahwu. Barakallahu fikum.

Waffaqallahul jami’ li kulli khoirin.
?ditulis oleh  Abu ‘Ubaidah Iqbal bin Damiri Al Jawy, 3 Sya’ban 1435/ 1 Juni 2014_di Daarul Hadits_Al Fiyusy_Harasahallah]

Jumat, 24 April 2015

al Ajurumiyyah : Pelajaran – 16

Pelajaran Keenambelas ‘Alamat Nashab suatu Kalimat

قال المؤلف – رحمه الله: “وَأمَّا الْيَاءُ فَتَكُونُ عَلاَمَةً لِلنَصْبِ في التَّثْنِيَةِ وَالْجَمْعِ.”

Berkata Penulis_rahimahullah Ta’ala:

“Adapun Ya menjadi alamat bagi Nashab pada Tatsniyah dan Jamak.”
?Penjelasan:

Ini adalah alamat keempat dari alamat-alamat Nashab.

Yang menjadi alamat bahwa kalimat itu Manshub (dinashab) pada dua tempat, yaitu pada Isim Tatsniyah dan Isim Jamak.

Isim Tatsniyah

Yang dimaksud Isim Tatsniyah diatas adalah Isim Mutsanna. Adapun definisi Isim Mutsanna telah lewat pada pelajaran alamat Rafa’.

?Apa itu Isim Mutsanna (Dual)?

Dia adalah kata benda yang berjumlah dua, baik Mudzakkar (laki-laki) maupun Muannats (perempuan), dengan adanya penambahan huruf Alif dan Nun atau Ya dan Nun pada bentuk Mufradnya. Telah lewat pada bab alamat Rafa’, bahwa Isim Mutsanna dirafa’ dengan Alif. Adapun jika dia dinashab maka alamat Nashabnya dengan Ya.

Berikut contoh Isim Mutsanna dalam keadaan dinashab:

رَأَيْتُ الطَّالِبَيْنِ فِي الْفَصْلِ.

“Saya melihat dua pelajar di dalam kelas.”

إِنَّ الرَّجُلَيْنِ ذَهَبَا إِلَى السُّوْقِ.

“Sesungguhnya dua laki-laki itu telah pergi ke pasar.”

اشْتَرَيْتُ كِتَابَيْنِ فِي الْمَكْتَبَةِ.

“Saya membeli dua buah kitab di toko buku.”

Perhatikanlah tiga contoh diatas!

Kalian mendapatkan kalimat (الطَّالِبَيْنِ), (الرَّجُلَيْنِ) dan (كِتَابَيْنِ) semuanya dalam keadaan dinashab. Adapun huruf Ya pada tiga kalimat tersebut adalah alamat Nashabnya, karena dia Isim Mutsanna.

Berikut contoh Isim Mutasanna dalam keadaan Manshub (dinashab) didalam Al Qur’an:

{وَوَجَدَ مِنْ دُونِهِمُ امْرَأَتَيْنِ تَذُودَانِ…}

“dan ia (Musa) menjumpai dibelakang orang banyak itu, dua orang wanita yang sedang menghambat (ternaknya).” [QS. Al Qashash: 23]

{وَهُوَ الَّذِي مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ}

“Dan Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir (berdampingan)” [QS. Al Furqaan: 53]

Perhatikanlah dua ayat diatas!

Kalian mendapatkan kalimat (امْرَأَتَيْنِ), dan (الْبَحْرَيْنِ) semuanya dalam keadaan manshub. Adapun huruf Ya pada dua kalimat tersebut adalah alamat Nashabnya, karena dia Isim Mutsanna.

2. Isim Jamak.

Yang dimaksud Isim Jamak diatas adalah Jamak Mudzakkar Saalim. Adapun definisi Jamak Mudzakkar Saalim telah lewat pula pada pelajaran alamat Rafa’.

Apa itu Jamak Mudzakkar Saalim (Plural)?

Dia adalah kata benda yang jumlahnya lebih dari dua, dengan adanya penambahan huruf Wawu dan Nun atau Ya dan Nun pada bentuk Mufradnya.

Telah lewat pada bab alamat Rafa’, bahwa Jamak Mudzakkar Saalim dirafa’ dengan Wawu. Adapun jika dia dinashab maka alamat Nashabnya dengan Ya.

Berikut contoh Jamak Mudzakkar Saalim dalam keadaan dinashab:

لَقِيْتُ الْمُدَرِّسِيْنَ فِيْ الْمَحَطَّةِ.

“Saya bertemu dengan para guru di Stasiun.”

إِنَّ الْمُهَاجِرِيْنَ أَفْضَلُ مِنَ الْأَنْصَارِ.

“Sesungguhnya kaum Muhajirin lebih utama dari kaum Anshar.”

نَصَحْتُ الْمُجْتَهِدِيْنَ بِالانْكِبَابِ عَلَى الْمُذَاكَرَةِ.

“Saya menasehati orang-orang yang rajin itu untuk menekuni mudzaakarah (mengulang-ulang pelajaran yang telah lewat).”

Perhatikanlah tiga contoh diatas!

Kalian mendapatkan kalimat (الْمُدَرِّسِيْنَ), (الْمُهَاجِرِيْنَ) dan (الْمُجْتَهِدِيْنَ) semuanya dalam keadaan dinashab. Adapun huruf Ya pada tiga kalimat tersebut adalah alamat Nashabnya, karena dia Jamak Mudzakkar Saalim.

Berikut contoh Jamak Mudzakkar Saalim dalam keadaan Manshub (dinashab) didalam Al Qur’an:

{إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ…}

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka.” [QS. An Nisa: 145]

{وَذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَى تَنْفَعُ الْمُؤْمِنِينَ}

“Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman. ” [QS. Adz Dzaariyaat: 55]

{قَالَ اللَّهُ هَذَا يَوْمُ يَنْفَعُ الصَّادِقِينَ صِدْقُهُمْ }

“Allah berfirman: “Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka.” [QS. Al Maa’idah: 119]

Perhatikanlah tiga ayat diatas!

Kalian mendapatkan kalimat (الْمُنَافِقِينَ), (الْمُؤْمِنِينَ) dan (الصَّادِقِينَ) semuanya dalam keadaan manshub. Adapun huruf Ya pada tiga kalimat tersebut adalah alamat Nashabnya, karena dia Jamak Mudzakkar Saalim.

Bagaimana kita membedakan antara Isim Mutsanna dan Jamak Mudzakkar Saalim ketika kedua-duanya dalam keadaan Manshub?

Apabila kedua-keduanya dalam keadaan Marfu’ maka hal ini tidak menjadi masalah, karena keduanya terbedakan dari sisi alamat Rafa’nya; Isim Mutsanna, alamat Rafa’nya dengan Alif, sedangkan Jamak Mudzakkar Saalim dengan Wawu.

    Yang menjadi masalah sekarang adalah jika kedua-duanya dalam keadaan Manshub.

    Cara membedakannya adalah dilihat dari bentuk harakat sebelum dan sesudah Ya.

- Isim Mutsanna harakat sebelum Ya adalah Fathah, sedangkan setelahnya adalah Kasrah. Contoh;

الْمُدَرِّسَيْنِ – الْمُسْلِمَيْنِ

“Dua bapak guru” – “Dua orang muslim”

- Adapun Jamak Mudzakkar Saalim, maka harakat sebelum Ya adalah Kasrah, sedangkan setelahnya adalah Fathah. Contoh;

الْمُدَرِّسِيْنَ – الْمُسْلِمِيْنَ

“Para bapak guru” – “Orang-orang Islam”

Jadi, apa yang dituntut dari kita pada pelajaran hari ini?

Kita dituntut oleh penulis kitab ini untuk menghafal dan mengenal alamat-alamat I’rab, yaitu apakah alamat I’rab suatu kalimat ketika di Nashab?

Adapun kita mengetahui kapan kalimat itu Manshub (dinashab) maka hal ini akan dibahas pada babnya tersendiri. Yang terpenting bagi kita sementara ini adalah mengenal tanda-tanda I’rabnya terlebih dahulu dan jangan kalian terpusingkan dengan sesuatu yang belum datang penjelasannya! Demikianlah pelajaran kita hari ini. Kita akan lanjutkan alamat kelima dari alamat Nashab pada pertemuan yang akan datang insya Allah. Wallahu a’lam bish shawab.
?ditulis oleh Abu ‘Ubaidah Iqbal bin Damiri Al Jawy, 19 Rajab 1435/ 18 Mei 2014_di Daarul Hadits_Al Fiyusy_Harasahallah]

Kamis, 23 April 2015

al Ajurumiyyah : Pelajaran – 15

Pelajaran Kelimabelas : ‘Alamat Nashab suatu Kalimat

قال المؤلف – رحمه الله: وَأَمَّا الْكّسْرَةُ فَتَكُونُ عَلاَمَةً لِلنَصْبِ في جَمْعِ المُؤَنَثِ السَّالِمِ

Berkata Penulis_rahimahullah Ta’ala:

“Adapun Kasrah menjadi alamat bagi Nashab pada Jamak Muannats Saalim..”
?Penjelasan:

Ini adalah alamat ketiga dari alamat-alamat Nashab.

Kasrah menjadi alamat bahwa kalimat itu Manshub (dinashab) hanya pada satu tempat saja, yaitu pada Jamak Muannats Saalim. Adapun definisi Jamak Muannats Saalim telah kami jelaskan di bab alamat Rafa’.

4Apakah definisinya?

Isim mufrad yang dijadikan jamak (lebih dari dua) dengan ditambah huruf Alif dan Ta pada akhir kalimatnya.

Contoh:

مُدَرِّسَةٌ + ات = مُدَرِّسَاتٌ.

4PERHATIAN:

Huruf Alif dan Ta (ات) pada kalimat (مُدَرِّسَاتٌ) adalah huruf tambahan, bukan huruf asli dari kalimat tersebut.

Telah kita kami jelaskan pada bab Rafa’, bahwa Jamak Muannats Saalim dirafa’ dengan Dhammah, misalnya

جَاءَتِ الْمُدَرِّسَاتُ وَالطَّالِبَاتُ.

 “Telah datang para ibu guru dan para siswi.”

Lihat kalimat (الْمُدَرِّسَاتُ) dan (الطَّالِبَاتُ), dia dirafa’ dengan Dhammah.

Pada pelajaran ini, penulis_rahimahullah menjelaskan bahwa Jamak Muannats Saalim jika dia dinashab, maka tanda Nashabnya dengan Kasrah.

Contohnya:

رَأَيْتُ الْمُدَرِّسَاتِ فِي الْفَصْلِ.

“Aku Melihat para ibu guru didalam kelas.”

إِنَّ الْمُسْلِمَاتِ فِي الْمَسْجِدِ.

“Sesungguhnya para Muslimah didalam masjid.”

رَأَيْتُ السَّيَّارَاتِ أَمَامَ مَكْتَبِ الْبَرِيْدِ.

“Aku melihat mobil-mobil didepan kantor pos.

Perhatikanlah tiga contoh diatas!

Kalian mendapatkan kalimat (الْمُدَرِّسَاتِ), (الْمُسْلِمَاتِ) dan (السَّيَّارَاتِ) semuanya dinashab dengan Kasrah, karena dia Jamak Muannats Salim.

 Berikut contoh Jamak Muannats Salim dalam keadaan Manshub (dinashab) didalam Al Qur’an:

{ إِذَا نَكَحْتُمُ الْمُؤْمِنَاتِ…}

“Apabila kalian menikahi wanita-wanita yang beriman.” [QS. Al Ahzab: 49]

{ لِيُعَذِّبَ اللَّهُ الْمُنَافِقِينَ وَالْمُنَافِقَاتِ وَالْمُشْرِكِينَ وَالْمُشْرِكَاتِ وَيَتُوبَ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا}

“Sehingga Allah mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrikin laki-laki dan perempuan; dan sehingga Allah menerima taubat orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang ” [QS. Al Ahzab: 73]

 الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ } الآية}

“Segala puji bagi Allah Yang telah menciptakan langit dan bumi ” [QS. Al An’aam: 1]

Perhatikanlah tiga ayat diatas!

Kalian mendapatkan kalimat (الْمُؤْمِنَاتِ), (الْمُنَافِقَاتِ), (الْمُشْرِكَاتِ) dan (السَّمَاوَاتِ), semuanya dalam keadaan manshub, sedangkan tanda Nashabnya dengan Kasrah, Kenapa? karena dia Jamak Muannats Salim.

Jadi, apa yang dituntut dari kita pada pelajaran hari ini?

Kita dituntut oleh penulis kitab ini untuk menghafal dan mengenal alamat-alamat I’rab, yaitu apakah alamat I’rab suatu kalimat ketika di Nashab?

Adapun kita mengetahui kapan kalimat itu Manshub (dinashab) maka hal ini akan dibahas pada babnya tersendiri. Yang terpenting bagi kita sementara ini adalah mengenal tanda-tanda I’rabnya terlebih dahulu dan jangan kalian terpusingkan dengan sesuatu yang belum datang penjelasannya!

Demikianlah pelajaran kita hari ini. Kita akan lanjutkan alamat ketiga dari alamat Nashab pada pertemuan yang akan datang insya Allah. Wallahu a’lam bish shawab.
?ditulis oleh Abu ‘Ubaidah Iqbal bin Damiri Al Jawy, 13 Rajab 1435/ 12 Mei 2014_di Daarul Hadits_Al Fiyusy_Harasahallah]

Rabu, 22 April 2015

al Ajurumiyyah : Pelajaran – 14

Pelajaran Keempatbelas

قال المؤلف – رحمه الله: “وَأَمَّا الألِفُ فَتَكُونُ عَلاَمَةً لِلنَّصْبِ في الأسْمَاءِ الْخَمْسَةِ، نَحُوَ ” رَأَيْتُ أَبَاكَ “وَأَخَاكَ ” وَمَا أَشْبَهَ ذلِكَ.

Berkata Penulis_rahimahullah Ta’ala:

“Adapun Alif menjadi alamat bagi Nashab (hanya) pada Al Asma’ul Khamsah (Isim-isim yang lima), contohnya:
رَأَيْتُ أَبَاكَ وَأَخَاكَ

(Aku melihat bapakmu dan saudaramu), dan yang semisal contoh ini.”

?Penjelasan:

Ini adalah alamat kedua dari alamat-alamat Nashab.

Alif menjadi tanda bahwa kalimat itu Manshub (di Nashab) hanya pada satu tempat saja, yaitu pada Al Asma’ul Khamsah (Isim-isim yang lima).

أَبُوْكَ – أَخُوْكَ – حَمُوْكَ – فُوْكَ – ذُوْ مَالٍ

Al Asma’ul Khamsah adalah Isim-isim yang lima, telah lewat contohnya dalam keadaan Marfu’ (di Rafa’) pada bab alamat Rafa’.

Sekarang kita berikan contoh Al Asma’ul Khamsah dalam keadaan Manshub.

رَأَيْتُ أَبَاكَ وَأَخَاكَ وَحَمَاكَ وَفَاكَ وَذَا مَالٍ

“Aku melihat bapakmu, saudaramu, iparmu, mulutmu dan orang yang mempunyai harta.”

Perhatikanlah lima Isim diatas! Kamu mendapatkan tanda Alif pada lima kalimat diatas, itu adalah tanda Nashab bagi lima Isim tersebut, Isim-isim yang lima tersebut dinamakan Al Asma’ul Khamsah.

Berikut contoh Al Asma’ul Khamsah dalam keadaan Manshub didalam Al Qur’an:

{وَجَاءُوا أَبَاهُمْ عِشَاءً يَبْكُونَ…}

“Kemudian mereka datang kepada ayah mereka di sore hari sambil menangis” [QS. Yusuf: 16]

{وَنَحْفَظُ أَخَانَا…}

“dan kami akan dapat memelihara saudara kami” [QS. Yusuf: 65]

{وَآتِ ذَا الْقُرْبَى حَقَّهُ…}

“Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya” [QS. Al Israa: 26]

Perhatikanlah tiga ayat diatas! Kamu mendapatkan tanda Alif pada kalimat (أَبَاهُمْ), (أَخَانَا), dan (ذَا الْقُرْبَى), semua kalimat tersebut dalam keadaan manshub, sedangkan tanda Nashabnya dengan Alif, karena dia bagian dari Al Asma’ul Khamsah.

Jadi, apa yang dituntut dari kita pada pelajaran hari ini?

Kita dituntut oleh penulis kitab ini untuk menghafal dan mengenal alamat-alamat I’rab, yaitu apakah alamat I’rab suatu kalimat ketika di Nashab?Adapun kita mengetahui kapan kalimat itu Manshub (di Nashab) maka hal ini akan dibahas pada babnya tersendiri.Yang terpenting bagi kita sementara ini adalah mengenal tanda-tanda I’rabnya terlebih dahulu dan jangan kalian terpusingkan dengan sesuatu yang belum datang penjelasannya! Demikianlah pelajaran kita hari ini. Kita akan lanjutkan alamat ketiga dari alamat Nashab pada pertemuan yang akan datang insya Allah.Wallahu a’lam bish shawab.
?ditulis oleh Abu ‘Ubaidah Iqbal bin Damiri Al Jawy, 6 Rajab 1435/ 5 Mei 2014_di Daarul Hadits_Al Fiyusy_Harasahallah]

Selasa, 21 April 2015

al Ajurumiyyah : Pelajaran – 13

Pelajaran Keduabelas : ‘Alamat Nashab suatu Kalimat

قال المؤلف – رحمه الله: ولِلنَّصبِ خَمْسُ عَلاَمَاتٍ الْفَتْحَةُ، وَالأَلِفُ، وَالكَسْرَةُ، وَاليَاءُ، وَحَذْفُ النُّونِ

Berkata Penulis_rahimahullah Ta’ala:

“Nashab, ia memiliki lima alamat: Fathah, Huruf Alif, Kasrah, Huruf Ya dan Hadzfun Nun (membuang Huruf Nun)”
?Penjelasan:

Ini adalah jenis kedua dari macam-macam I’rab.Nashab, ia memiliki lima alamat. Dikedapankan Fathah disini karena dia adalah alamat asli dari alamat Nashab, sedangkan yang lainnya adalah cabangnya. Kalian bisa menentukan bahwa suatu kalimat itu manshub (dinashab) apabila kalian mendapatkan salah satu dari lima alamat ini pada akhir kalimat tersebut.


قال المؤلف – رحمه الله: “فَأَمَّا الفَتْحَةُ فَتَكُونُ عَلاَمَة لِلنَّصْبِ في ثَلاُثَةِ مَوَاضِعَ: فِي الاِسْمِ الْمُفْرَدِ، وَجَمْعِ التَّكْسِيرِ وَالْفِعْلِ الْمُضَارِعِ إِذَا دَخَلَ عِلَيْهِ نَاصِبٌ، وَلَمْ يَتَّصِلُ بِآخِرِهِ شَيْءٌ “

Berkata Penulis_rahimahullah Ta’ala:

“Adapun Fathah menjadi alamat bagi Nashab ada pada tiga tempat; pada Isim Mufrad, Jamak Taksir dan Fi’il Mudhari’ yang masuk padanya ‘Aamil yang menashabkan dan (Fi’il Mudhari’ tersebut) tidak bersambung di akhirnya sesuatupun.”

?Penjelasan:

Alamat pertama dari alamat-alamat Nashab adalah Fathah.Fathah menjadi tanda bahwa kalimat itu Manshub (dinashab) ada pada tiga tempat :

    Pada Isim Mufrad (kata benda tunggal).

Definisi Isim Mufrad telah lewat penyebutannya pada bab alamat-alamat Rafa’.

Contoh Isim Mufrad yang Manshub:

رَأَيْتُ خَالِدًا

“Saya melihat Khalid.”

ضَرَبَ حَامِدٌ حَجَرًا

“Hamid memukul batu.”

سَمِعْتُ مِذْيَاعًا

“Saya mendengar radio.”

أَخَذَتْ فَاطِمَةُ مِمْسَحَةً

“Fathimah mengambil penghapus.”

Perhatikan empat contoh diatas! kalian dapatkan pada kalimat (خَالِدًا), (حَجَرًا), (مِذْيَاعًا), dan (مِمْسَحَةً) semuanya dinashab dengan Fathah, karena semuanya Isim Mufrad. Tanda Fathah pada empat kalimat diatas semuanya zhahirah (tampak). Adapun apabila Isim Mufrad tersebut berbentuk Isim Maqshur, yaitu Isim yang huruf akhirnya Alif Maqshurah (Alif bengkok), maka tanda Fathah pada Isim tersebut Muqaddarah (tidak tampak), contohnya:

رَأَيْتُ الْفَتَى

“Aku melihat anak muda itu.”

لَقِيَتْ عَائِشَةُ لَيْلَى

“‘Aisyah berjumpa (dengan) Laila.”

Perhatikan dua contoh diatas! Kalian dapatkan pada kalimat (الْفَتَى) dan (لَيْلَى) semuanya dinashab dengan Fathah, hanya saja dia tidak tampak pada huruf akhirnya, itu disebabkan karena dia Isim Mufrad yang huruf akhirnya Alif Maqshurah (Alif bengkok).

    Pada Jamak Taksir.

Definisi Jamak Taksir telah lewat penyebutannya pula pada bab alamat-alamat Rafa’.

Contoh Jamak Taksir yang Manshub:

رَأَيْتُ الطُّلَّابَ

“Aku melihat para pelajar.”

ضَرَبَ الْأَوْلَادُ الْكِلَابَ

“Anak-anak itu memukul anjing-anjing.”

أَخَذَتْ خَدِيْجَةُ الْمَلَابِسَ

“Khadijah mengambil pakaian-pakaian.”

رَمَيْتُ أَحْجَارًا

“Aku melempar batu-batu.”

Perhatikan empat contoh diatas! kalian dapatkan pada kalimat (الطُّلَّابَ), (الْكِلَابَ), (الْمَلَابِسَ), dan (أَحْجَارًا) semuanya dinashab dengan Fathah, karena semuanya Jamak Taksir. Tanda Fathah pada empat kalimat diatas semuanya zhahirah (tampak). Adapun apabila Jamak Taksir tersebut berbentuk Isim Maqshur, yaitu Isim yang huruf akhirnya Alif Maqshurah (Alif bengkok), maka tanda Fathah pada Isim tersebut Muqaddarah (tidak tampak) seperti pada Isim Mufrad, contohnya:

رَأَيْتُ سُكَارَى

“Aku melihat para pemabuk.”

لَقِيَتْ زَيْنَبُ الْأَيَامَى

“Zainab berjumpa (dengan) para janda.”

Perhatikan dua contoh diatas! Kalian dapatkan pada kalimat (سُكَارَى) dan (الْأَيَامَى) semuanya dinashab dengan Fathah, hanya saja dia tidak tampak pada huruf akhirnya, itu disebabkan karena dia Jamak Taksir yang huruf akhirnya Alif Maqshurah (Alif bengkok).

    Fi’il Mudhari’ yang masuk padanya ‘Aamil yang menashabkan dan tidak bersambung di akhirnya sesuatupun.

Maksud dari “tidak bersambung di akhirnya sesuatupun” adalah dia bukan termasuk dalam Al Af’al Al Khamsah – telah lewat definisinya – dan tidak pula bersambung dengan Nun taukid dan juga Nun Niswah.”

Contoh Fi’il Mudhari’ yang Manshub:

مُحَمَّدُ لَنْ يَذْهَبَ

“Muhamad tidak akan pergi.”

أُرِيْدُ أَنْ أَجْلِسَ

“Saya ingin duduk.”

الْكَسْلَانُ لَنْ يَنْجَحَ

“Orang yang malas tidak akan berhasil.”

Perhatikan tiga contoh diatas! kalian dapatkan pada kalimat (يَذْهَبَ), (أَجْلِسَ), dan (يَنْجَحَ) semuanya dinashab dengan Fathah, karena semuanya Fi’il Mudhari’ yang masuk padanya ‘Aamil yang menashabkan dan tidak bersambung di akhirnya sesuatupun. Tanda Fathah pada tiga kalimat diatas semuanya zhahirah (tampak). Adapun apabila Fi’il Mudhari’ tersebut berbentuk Fi’il Maqshur, yaitu Fi’il yang huruf akhirnya Alif bengkok, maka tanda Fathah pada Fi’il Mudhari’ tersebut Muqaddarah (tidak tampak), contohnya:

أُرِيْدُ أَنْ تَسْعَى

“Saya ingin kamu berusaha.”

أَبُوْكَ لَنْ يَرْضَى

“Ayahmu tidak akan ridha.”

Perhatikan dua contoh diatas! Kalian dapatkan pada kalimat (تَسْعَى) dan (يَرْضَى) semuanya dinashab dengan Fathah, hanya saja dia tidak tampak pada huruf akhirnya, itu disebabkan karena dia Fi’il Mudhari’ yang huruf akhirnya Alif Maqshurah (Alif bengkok).

PERHATIAN:

Semua harakat, baik Dhammah, Fathah atau Kasrah pada Isim atau Fi’il yang huruf akhirnya Alif Maqshurah, maka harakatnya Muqaddarah (tidak tampak).

ISTILAH DAN KOSAKATA BARU:

    Hadzfun Nun: membuang Huruf Nun.
    Manshub: dinashab.
    Fi’il Mudhari': kata kerja kini atau nanti.
    Alif Maqshurah: Alif bengkok.
    Naashib: ‘Aamil yang menashabkan. Akan datang pembahasannya pada babnya.
    Nun Taukid: Nun Penegasan, yaitu huruf Nun Tasydid atau sukun yang melekat dibelakang Fi’il Mudhari’ dan berfungsi untuk menegaskan atau memperkuat maknanya. Insya Allah akan dijelaskan di lain kesempatan.
    Nun Niswah: Dhamir (kata ganti) perempuan jamak. Akan datang pembahasannya pada babnya.

Istilah-istilah diatas terkadang akan terulang kembali, sehingga kita harus bisa menghafal makna istilah-istilah tersebut.

Jadi, apa yang dituntut dari kita pada pelajaran hari ini?

Kita dituntut oleh penulis kitab ini untuk menghafal dan mengenal alamat-alamat I’rab, yaitu apakah alamat I’rab suatu kalimat ketika dinashab?!Adapun kita mengetahui kapan kalimat itu Manshub (dinashab) maka hal ini akan dibahas pada babnya tersendiri.Yang terpenting bagi kita sementara ini adalah mengenal tanda-tanda I’rabnya terlebih dahulu dan jangan kalian terpusingkan dengan sesuatu yang belum datang penjelasannya! Demikianlah pelajaran kita hari ini. Kita akan lanjutkan alamat kedua dari alamat Nashab pada pertemuan yang akan datang insya Allah.Wallahu a’lam bish shawab.
?ditulis oleh Abu ‘Ubaidah Iqbal bin Damiri Al Jawy, 28 Jumadats Tsaniyah 1435/ 28 April 2014_di Daarul Hadits_Al Fiyusy_Harasahallah]

al Ajurumiyyah : Pelajaran – 12 / Kunci Jawaban

KUNCI JAWABAN LATIHAN SOAL PELAJARAN KEDUABELAS

A _________________

    Alamat-alamat I’rab yang dimiliki Rafa’ adalah Dhammah, Wawu, Alif dan Nun.
    Kalimat yang dirafa’ dengan Dhammah adalah Isim Mufrad, Jamak Taksir, Jamak Muannats Salim dan Fi’il Mudhari’ yang tidak bersambung huruf akhirnya dengan sesuatu apapun.

    Kalimat yang dirafa’ dengan Nun adalahb Fi’il Mudhari’ yang bersambung dengan Dhammir Tatsniyah, Dhamir Jamak dan Dhammir Muannats Mukhatabah.
    Jamak Taksir adalah Isim yang menunjukan atas tiga atau lebih, baik dia Mudzakar maupun Muannats, yang mana dia telah mengalami perubahan bentuk pada susunan aslinya, baik perubahannya pada susunan hurufnya maupun harakatnya.
    Jamak Muannats Salim adalah Isim Mufrad yang dijadikam Jamak (lebih dari dua) dengan ditambah huruf Alif dan Ta pada akhir kalimat.

B _________________

    Perubahan Isim Mufrad menjadi Jamak Muannats Salim:

    مُشْرِكَةٌ + ات = مُشْرِكَاتٌ
    مُتَصَدِّقَةٌ + ات = مُتَصَدِّقَاتٌ

    Perubahan Isim Mufrad menjadi Mutsanna:

    قَلَمٌ + انِ = قَلَمَانِ / قَلَمٌ + يْنِ = قَلَمَيْنِ
    دَفْتَرٌ + انِ = دَفْتَرَانِ / دَفْتَرٌ + يْنِ = دَفْتَرَيْنِ

    Perubahan Isim Mufrad menjadi Jamak Mudzakkar Salim:

    مُنَافِقٌ + وْنَ = مُنَافِقُوْنَ / مُنَافِقٌ + يْنَ = مُنَافِقِيْنَ
    مُهَاجِرٌ + وْنَ = مُهَاجِرُوْنَ / مُهَاجِرِيْنَ + يْنَ = مُهَاجِرِيْنَ

C _________________

    Menentukan tanda Rafa’ dan alasannya:

    يَخْرُجُ

Tanda Rafa’nya dengan Dhammah, karena dia Fi’il Mudhari’ yang tidak bersambung huruf akhirnya dengan sesuatu apapun.

    الْمُتَصَدِّقُوْنَ

Tanda Rafa’nya dengan Wawu, karena dia Jamak Mudzakkar Salim.

    الْمُسَافِرَانِ

Tanda Rafa’nya dengan Alif, karena dia Isim Mutsanna.

    زَيْدٌ

Tanda Rafa’nya dengan Dhammah, karena dia Isim Mufrad.

    الْكِلَابُ

Tanda Rafa’nya dengan Dhammah, karena dia Jamak Taksir [dari Isim Mufrad (الْكَلْبُ) artinya anjing].

    عِمْرَانُ

Tanda Rafa’nya dengan Dhammah, karena dia Isim Mufrad.

    يَضْرِبُوْنَ

Tanda Rafa’nya dengan Nun, karena dia Fi’il Mudhari’ yang bersambung dengan Dhammir Tatsniyah, Dhamir Jamak dan Dhammir Muannats Mukhatabah.

    أَخُوْكَ

Tanda Rafa’nya dengan Wawu, karena dia termasuk Al Asmaul Khamsah.

PERHATIAN:

Insya Allah kita akan lanjutkan pelajaran kita pada pertemuan yang akan datang, dengan pembahasan bab Alamat Nashab. Kami ingatkan untuk senantiasa Muraja’ah dari apa yang telah lewat. Sesungguhnya Ilmu Nahwu seperti Ilmu matematika dan Fisika; butuh konsentrasi, pemahaman dan hafalan. Jika ada hal-hal yang belum bisa dipahami, hendaknya jangan malu untuk bertanya kepada saudaranya atau langsung kepada gurunya. Wallahu a’lam bish shawab.
?ditulis oleh Abu ‘Ubaidah Iqbal bin Damiri Al Jawy, 20  Jumadats Tsaniyah 1435/ 20 April 2014_di Daarul Hadits_Al Fiyusy_Harasahallah]

Senin, 20 April 2015

al Ajurumiyyah : Pelajaran – 12 – Muroja’ah

Pelajaran Keduabelas : Muroja’ah


LATIHAN SOAL

Kerjakanlah soal-soal berikut ini dengan baik tanpa melihat catatan pelajaran yang telah lewat, untuk menguji sejauh mana pemahaman kalian dari pelajaran-pelajaran yang telah lewat!
A _________________

    Sebutkan alamat-alamat I’rab yang dimilki Rafa!
    Sebutkan kalimat yang dirafa’ dengan Dhammah!
    Sebutkan kalimat yang dirafa’ dengan Nun!
    Sebutkan definisi Jamak Taksir!
    Sebutkan definisi Jamak Muannats Salim!

B _________________

    Buatlah Isim Mufrad berikut ini menjadi Jamak Muannats Salim!

    -مُشْرِكَةٌ
    -مُتَصَدِّقَةٌ

    Buatlah Isim Mufrad berikut ini menjadi Mutsanna!

    -قَلَمٌ
    -دَفْتَرٌ

    Buatlah Isim Mufrad berikut ini menjadi Jamak Mudzakkar Salim!

    - مُنَافِقٌ
    -مُهَاجِرٌ

C _________________

    Sebutkan tanda Rafa’ dan alasannya pada kalimat-kalimat berikut ini!

Contoh:

    -مُحَمَّدٌ

Tanda Rafa’nya dengan Dhammah, karena dia Isim Mufrad.

    -الْمُسْلِمَانِ

Tanda Rafa’nya dengan Alif, karena dia Mutsanna.

    -يَخْرُجُ
    -الْمُتَصَدِّقُوْنَ
    -الْمُسَافِرَانِ
    -زَيْدٌ
    -الْكِلَابُ
    -عِمْرَانُ
    -يَضْرِبُوْنَ
    -أَخُوْكَ

Kunci jawaban dari soal-soal diatas akan kami berikan pada pelajaran yang akan datang. Silahkan cocokan jawaban kalian dengan kunci jawaban tersebut! Apakah kesalahan dalam menjawab lebih banyak ataukah sebaliknya?!

PERHATIAN:

Soal-soal diatas adalah inti sari dari pelajaran-pelajaran yang telah lalu. Hal-hal yang dituntut dari pelajaran yang telah lewat adalah:

    Dapat membedakan antara Isim Mu’rab dan Isim Mabni, karena ini adalah asas ilmu Nahwu.
    Mengenal Alamat Rafa’.
    Mengenal tempat-tempat dari masing-masing alamat Rafa’ tersebut, seperti Dhammah tempatnya dimana saja?!
    Mengetahui definisi Isim (kata benda) dan memahaminya; baik Mufrad (tunggal), Mutsanna (ganda) maupun Jamak (lebih dari 2).

NASEHAT:

    Hendaknya kita sering muraja’ah (membaca ulang) dari apa yang telah kita pelajari, terkhushus bagian-bagian yang belum kita pahami.
    Hendaknya kita jangan malu untuk bertanya kepada guru kita ataupun kepada teman yang memiliki kemampuan lebih dari kita, ketika mendapatkan kesulitan atau masalah yang belum bisa dipahami. Bisa juga untuk mempermudah dan saling memberikan semangat, membentuk kelompok belajar dengan anggota forum yang lainnya dalam grup tersendiri, untuk saling bertanya dan berbagi faedah seputar pelajaran.
    Bersemangatlah untuk meraih keberhasilan dari apa saja yang bermanfaat bagimu, dan jangan sekali-kali merasa lemah. Dituntut bagi kita untuk senantiasa bersabar dan terus meminta tolong kepada Allah Ta’ala untuk bisa menggapai apa yang kita cita-citakan dari perkara-perkara kebaikan, di dunia maupun di Akherat!

Allah Ta’ala berfirman:

وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا

“dan katakanlah: “Ya Rabbku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.” [QS. Thahaa: 114]

وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ

“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’. [QS. Al Baqarah: 45]

Dari Abu Hurairah_radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلَا تَعْجَزْ

“Capailah dengan sungguh-sungguh apa yang berguna bagimu, mohonlah pertolongan kepada Allah Azza wa Jalla dan janganlah kamu menjadi orang yang lemah.” [HR. Muslim]

Wallahu a’lam bish shawab.
?ditulis oleh  Abu ‘Ubaidah Iqbal bin Damiri Al Jawy, 4 Rabi’ul Awal 1435/ 5 Jan 2013_di Daarul Hadits_Al Fiyusy_Harasahallah]

Minggu, 19 April 2015

al Ajurumiyyah : Pelajaran – 11

Pelajaran Kesebelas

قال المؤلف – رحمه الله: “وأمَّا النُونُ فَتكُونُ عَلاَمَة للرَّفع في الفِعْلِ المُضَارع، إذا اتصَلَ بِهِ ضمِير تَثْنِيةٍ، أوْ ضَمِيرُ جَمْعٍ، أوْ ضَمِيرُ المُؤنَّثَةِ الْمُخَاطَبَةِ

Berkata Penulis_rahimahullah Ta’ala:

“Adapun Nun menjadi alamat Rafa’ pada Fi’il Mudhari’, apabila dia (Fi’il Mudhari’ tersebut) bersambung padanya Dhamir Tatsniyah atau Dhamir Jamak atau Dhamir Ya Mukhathabah”
?Penjelasan:

Ini adalah alamat keempat dari alamat-alamat Rafa, yaitu Nun.Kalimat apa yang tanda Rafa’nya dengan Nun?

Dikatakan oleh penulis bahwa “Nun” menjadi tanda atau alamat Rafa’ hanya pada satu tempat saja, yaitu Fi’il Mudhari’, namun dengan syarat apabila Fi’il Mudhari’ tersebut bersambung padanya Dhamir Tatsniyah atau Dhamir Jamak atau Dhamir Ya Mukhathabah.

CATATAN:

Fi’il Mudhari’ tersebut diistilahkan oleh Ahli Ilmu Nahwu dengan nama “Al Af’al Al Khamsah”. Jika kalian mendapatkan istilah ini, maka ketahuilah bahwa dia adalah Fi’il Mudhari’ yang bersambung padanya Dhamir Tatsniyah atau Dhamir Jamak atau Dhamir Ya Mukhathabah.

Al Af’al Al Khamsah adalah Fi’il Mudhari’ yang mengikuti Wazan (pola pembentukan) Fi’il  sebagai berikut:

    يَفْعَلَانِ
    تَفْعَلَانِ
    يَفْعَلُوْنَ
    تَفْعَلُوْنَ
    تَفْعَلِيْنَ

Apabila kalian mendapatkan Fi’il Mudhari’ dengan mengikuti Wazan diatas maka dia termasuk dalam katagori Al Af’al Al Khamsah.

CATATAN : Huruf “Nun” pada Al Af’al Al Khamsah diatas adalah alamat Rafa’ bagi Fi’il tersebut.

Contoh 1:Fi’il Mudhari’ yang bersambung dengan Dhamir Tatsniyah;

الطَّالِبَانِ يَدْرُسَانِ

“Dua siswa tersebut sedang belajar”

Kalimat (يَدْرُسَانِ) dia adalah Fi’il Mudhari’ yang Marfu’, karena tidak ada ‘Awamil Nashab maupun Jazem yang masuk padanya, alamat Rafa’nya dengan Nun karena dia termasuk dalam Al Af’al Al Khamsah.

PERHATIAN:

Bedakan dua kalimat diatas:

    Pada kalimat (الطَّالِبَانِ) huruf Alif yang terletak sebelum huruf Nun adalah alamat Rafa’ Isim tersebut, karena dia Isim Mutsanna, sebagaimana telah lewat pembahasannya. Adapun pada kalimat (يَدْرُسَانِ) huruf Alif yang terletak sebelum huruf Nun dia adalah Dhamir Tatsniyah, ini akan kita bahas pada babnya sendiri.
    Pada kalimat (الطَّالِبَانِ) huruf Nun yang terletak setelah Alif adalah huruf pengganti tanda Tanwin pada Isim Mutsanna, sedangkan pada kalimat (يَدْرُسَانِ) huruf Nun yang terletak setelah Alif adalah tanda Rafa’ bagi Fi’il tersebut, karena dia termasuk dalam Al Af’al Al Khamsah.

Contoh 2:Fi’il Mudhari’ yang bersambung dengan Dhamir Jamak;

الْمُسْلِمُوْنَ يَجْلِسُوْنَ

“Kaum muslimin sedang duduk”

Kalimat (يَجْلِسُوْنَ) dia adalah Fi’il Mudhari’ yang Marfu’, karena tidak ada ‘Awamil Nashab maupun Jazem yang masuk padanya, alamat Rafa’nya dengan Nun karena dia termasuk dalam Al Af’al Al Khamsah.

PERHATIAN:

Bedakan dua kalimat diatas:

    Pada kalimat (الْمُسْلِمُوْنَ) huruf Wawu yang terletak sebelum huruf Nun adalah alamat Rafa’ Isim tersebut, karena dia Jamak Mudakkar Salim, sebagaimana telah lewat pembahasannya. Adapun pada kalimat (يَجْلِسُوْنَ) huruf Wawu yang terletak sebelum huruf Nun dia adalah Dhamir Wawu Jamak, ini juga akan kita bahas pada babnya sendiri.
    Pada kalimat (الْمُسْلِمُوْنَ) huruf Nun yang terletak setelah Wawu adalah huruf pengganti tanda Tanwin pada Jamak Mudzakkar Salim, sedangkan pada kalimat (يَجْلِسُوْنَ) huruf Nun yang terletak setelah Wawu adalah tanda Rafa’ bagi Fi’il tersebut, karena dia termasuk dalam Al Af’al Al Khamsah.

Contoh 3 : Fi’il Mudhari’ yang bersambung dengan Dhamir Ya Mukhathabah;

يَا فَاطِمَةُ, مَاذَا تَكْتُبِيْنَ؟

“Wahai Fathimah, apa yang sedang kamu tulis?”

Kalimat (تَكْتُبِيْنَ) dia adalah Fi’il Mudhari’ yang Marfu’, karena tidak ada ‘Awamil Nashab maupun jazem yang masuk padanya, alamat Rafa’nya dengan Nun karena dia termasuk Al Af’al Al Khamsah. Adapun huruf Ya yang terletak sebelum Nun pada Fi’il tersebut akan kita bahas pada babnya sendiri Insya Allah.

Contoh-contoh Fi’il Mudhari’ yang mengikuti Wazan Al Af’al Al Khamsah:

    يَحْضُرَانِ – تَحْضُرَانِ – يَحْضُرُوْنَ – تَحْضُرُوْنَ – تَحْضُرِيْنَ.
    يَفْتَحَانِ – تَفْتَحَانِ – يَفْتَحُوْنَ – تَفْتَحُوْنَ – تَفْتَحِيْنَ.
    يَضْرِبَانِ – تَضْرِبَانِ – يَضْرِبُوْنَ – تَضْرِبُوْنَ – تَضْرِبِيْنَ.

PERHATIAN:

Mungkin ada yang bertanya-tanya, apa itu Dhamir Tatsniyah, Dhamir Jamak dan Dhamir Ya Mukhathabah?

Hal ini insya Allah akan kita bahas pada “Bab Fa’il”. Sementara dalam bab kita sekarang ini, yang dituntut dari kita adalah memahami empat alamat Rafa’ dan masing-masing tempatnya. Konsentrasikan perhatian kita pada hal ini saja. Semua akan berkembang setelah kita lewati bab demi bab, insya Allah.Dengan ini selesailah kita dari mengenal alamat-alamat rafa’, yang mana dia ada empat alamat, yang masing-masing memiliki tempat sendiri-sendiri.Jangan lupa untuk terus dibaca ulang dan dipahami dengan baik. Kita memohon kepada Allah Ta’ala pertolongan-Nya untuk diberikan pemahaman dan keikhlasan dalam mempelajari agamanya.Diantara doa Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah_rahimahullah ketika mendapatkan kesulitan dalam suatu permasalahan;

اللَّهُمَّ فَهِّمْنَا كَمَا فَهَّمْتَ سُلَيْمَانَ

“Ya Allah, berikanlah aku pemahaman sebagaimana engkau memberikannya kepada Nabi Sulaiman_’alaihis salam”

Wallahu a’lam bish shawab.
?ditulis oleh Abu ‘Ubaidah Iqbal bin Damiri Al Jawy, 30 Jumadal Ula 1435/ 31 Maret 2014_di Daarul Hadits_Al Fiyusy_Harasahallah]

Sabtu, 18 April 2015

al Ajurumiyyah : Pelajaran – 10

 Pelajaran Kesepuluh
“قال المؤلف – رحمه الله: “وأمَّا الألفُ فَتكُونُ عَلاَمَةً لِلرَّفْعِ فِي تَثْنِيَةِ الأسْمَاءِ خَاصَّةً.Berkata penulis_rahimahullah:”Adapun Alif menjadi alamat Rafa’ khusus pada satu tempat saja, yaitu Isim Tatsniyah.”
?Penjelasan:

Pada pelajaran kali ini, kita akan membahas alamat ketiga dari alamat Rafa, yaitu Alif.Kalimat apa saja yang tanda Rafa’nya dengan Alif? Disebutkan oleh penulis bahwa Alif menjadi tanda atau alamat Rafa’ hanya pada satu tempat saja, yaitu Isim Tatsniyah.

Apa itu Isim Tatsniyah (Dual)

Definisinya adalah Kata benda yang berjumlah dua, baik Mudzakkar (laki-laki) maupun Muannats (perempuan), dengan adanya penambahan huruf Alif dan Nun atau Ya dan Nun pada bentuk Mufradnya.

CATATAN:

Isim Tatsniyah disebut juga Isim Mutsanna.

Contoh Mudzakkar:

    طَالِبٌ + ان = طَالِبَانِ
    طَالِبٌ + ين = طَالِبَيْنِ

Contoh Muannats:

    طَالِبَةٌ + ان = طَالِبَتَانِ
    طَالِبَةٌ + ين = طَالِبَتَيْنِ

Kalimat (طَالِبٌ) dan (طَالِبَةٌ) artinya seorang siswa dan siswi, keduanya adalah Isim Mufrad.

Sedangkan kalimat (طَالِبَانِ / طَالِبَيْنِ) dan (طَالِبَتَيْنِ / طَالِبَتَانِ) artinya dua orang siswa dan siswi, dia adalah Isim Mutsanna.

PERHATIAN:

Huruf Alif (ا) pada kalimat (طَالِبَانِ) dan (طَالِبَتَانِ) adalah alamat Rafa’ bagi Isim Mutsanna. Adapun huruf Ya (ي) pada kalimat (طَالِبَيْنِ) dan (طَالِبَتَيْنِ) akan dibahas pada alamat-alamat Nashab dan Khafadh insya Allah.

Contoh:

ذَهَبَ الطَّالِبَانِ

“Dua orang siswa itu telah berangkat”

Kalimat (الطَّالِبَانِ) dia kedudukannya disini sebagai Fa’il (Subjek Pelaku), sedangkan Fa’il selalu Marfu’, alamat Rafa’nya disini dengan Alif, karena dia Isim Mutsanna.

جَاءَ الْمُسْلِمَانِ

“Dua orang muslim itu telah datang”

Kalimat (الْمُسْلِمَانِ) dia kedudukannya disini sebagai Fa’il (Subjek Pelaku), sedangkan Fa’il selalu Marfu’, alamat Rafa’nya disini dengan Alif, karena dia Isim Mutsanna.

CATATAN:

Lihatlah contoh-contoh Isim Mutsanna berikut ini!

    كِتَابَانِ  : Dua buah kitab.
    بَيْتَانِ    : Dua buah rumah
    كُرْسِيَّانِ : Dua buah kursi
    مُسْلِمَانِ : Dua orang muslim
    طَبِيْبَانِ : Dua orang dokter
    مُهَنْدِسَانِ : Dua orang insinyur

Semua huruf Alif pada contoh-contoh diatas adalah alamat Rafa’ bagi Isim Mutsanna. Huruf Nun pada Isin Mutsanna selalu Kasrah, adapun huruf Nun pada Jamak Mudzakkar Salim (telah lewat pembahasannya pada pelajaran ke 9) selalu Fathah.

Jadi, apa yang dituntut dari kita pada pelajaran hari ini ?

Kita dituntut oleh penulis kitab ini untuk menghafal dan mengenal alamat-alamat I’rab, yaitu apakah alamat I’rab suatu kalimat ketika dirafa.

Ingat : Bahwa alamat Rafa’ untuk Isim Mutsanna adalah Alif, bukan huruf Nun atau harakat Kasrah yang terdapat pada huruf Nun.Adapun kita mengetahui kapan kalimat itu dirafa’, maka hal ini akan dibahas pada babnya tersendiri. Jadi, kalian jangan dipusingkan dengan hal ini! Cukup bagi kalian sementara ini mengenal Alamat I’rab suatu Isim dan Fi’il. Kemampuan kalian dalam memahami ilmu Nahwu akan berkembang secara bertahap, insya Allah. Apabila kalian mendapatkan suatu hal yang belum bisa dipahami dari pelajaran kita, maka janganlah segan atau malu untuk menanyakannya kepada kami.Wallahu a’lam bish shawab.
?ditulis oleh  Abu ‘Ubaidah Iqbal bin Damiri Al Jawy, 2 Rabi’ul Awal 1435/ 3 Jan 2014_di Daarul Hadits_Al Fiyusy_Harasahallah]

Jumat, 17 April 2015

al Ajurumiyyah : Pelajaran – 9

Pelajaran Kesembilan

قال المؤلف – رحمه الله: وأمَّا الْوَاوُ فَتَكونُ عَلاَمَةً لِلرَّفْعِ في مَوْضعَيْن: في جَمْع المذكَّر السَّالم وفي الْأَسْمَاءِ الْخَمْسَةِ، وَهِيَ: أَبُوكَ، وأَخوكَ، وحَمُوكَ، وفُوكَ، وذو مَالٍ

Berkata Penulis_rahimahullah Ta’ala:

“Adapun Wawu menjadi alamat rafa’ pada dua tempat: Jamak Mudzakkar Salim dan Al Asma’ Al Khamsah, yaitu: (أَبُوكَ), (أَخوكَ), (حَمُوكَ), (فُوكَ) dan (ذُومَال).”
?Penjelasan:

Pada pelajaran kali ini, kita akan membahas alamat kedua dari alamat Rafa, yaitu Kalimat apa saja yang tanda Rafa’nya dengan Wawu?

Dikatakan oleh penulis bahwa Wawu menjadi tanda atau alamat Rafa’ pada dua tempat:

    Jamak Mudzakkar Salim;

Definisinya adalah setiap Isim yang menunjukan atas tiga buah/orang atau lebih dari itu, dengan adanya penambahan huruf Wawu dan Nun atau Ya dan Nun pada bentuk Mufradnya.

Contohnya:

-       مُهَنْدِسٌ – مُهَنْدِسُوْنَ / مُهَنْدِسِيْنَ

Kalimat (مُهَنْدِسٌ) artinya seorang insinyur, dia adalah Isim Mufrad. Sedangkan kalimat (مُهَنْدِسُوْنَ / مُهَنْدِسِيْنَ) artinya para insinyur, dia adalah Jamak Mudzakkar Salim.

Kalimat asalnya:

    مُهَنْدِسٌ + ون = مُهَنْدِسُوْنَ
    مُهَنْدِسٌ + ين = مُهَنْدِسِيْنَ

Huruf Wawu (و) pada kalimat (مُهَنْدِسُوْنَ) adalah alamat Rafa’ pada Jamak Mudzakkar Salim.

Adapun huruf Ya (ي) pada kalimat (مُهَنْدِسِيْنَ) akan dibahas pada alamat-alamat Nashab dan Khafadh insya Allah.

Contoh:

جَاءَ الْمُهَنْدِسُوْنَ

“Para insinyur itu telah datang”

Kalimat (الْمُهَنْدِسُوْنَ) dia kedudukannya disini sebagai Fa’il (subyek), sedangkan Fa’il selalu Marfu’, alamat Rafa’nya dengan Wawu karena dia Jamak Mudzakkar Salim.

Contoh:

حَضَرَ الْمُسْلِمُوْنَ

“Kaum Muslimin telah hadir”

Kalimat (الْمُسْلِمُوْنَ) dia kedudukannya disini sebagai Fa’il (subyek), sedangkan Fa’il selalu Marfu’, alamat Rafa’nya dengan Wawu karena dia Jamak Mudzakkar Salim.

    Al Asma’ Al Khamsah:

Disebutkan oleh penulis, dia ada lima:

    أَبُوْكَ
    أَخُوْكَ
    حَمُوْكَ
    فُوْكَ
    ذُوْ مَالٍ

Huruf Wawu pada kelima kalimat diatas adalah alamat Rafa’ pada Al Asma’ Al Khamsah.

Contoh:

حَضَرَ أَبُوْكَ

“Ayahmu telah hadir “

Kalimat (أَبُوْكَ) dia kedudukannya disini sebagai Fa’il (subyek), sedangkan Fa’il selalu Marfu’, alamat Rafa’nya dengan Wawu karena dia Al Asma’ Al Khamsah.

Contoh:

نَجَحَ أَخُوْكَ

“Saudara laki-lakimu telah berhasil”

Kalimat (أَخُوْكَ) dia kedudukannya disini sebagai Fa’il (subyek), sedangkan Fa’il selalu marfu’, alamat Rafa’nya dengan Wawu karena dia Al Asma’ Al Khamsah.

CATATAN:

Sengaja kami tulis kata-kata yang merupakan istilah-istilah ilmu Nahwu dengan menggunakan huruf besar pada huruf awalnya, agar hal ini bisa menambah perhatian kita ketika membaca pelajaran ini. Hal ini berlaku untuk seterusnya.Jadi, apa yang dituntut dari kita pada pelajaran hari ini?Kita dituntut oleh penulis kitab ini untuk menghafal dan mengenal alamat-alamat I’rab, yaitu apakah alamat I’rab suatu kalimat ketika dirafa?Adapun kita mengetahui kapan kalimat itu dirafa’ maka hal ini akan dibahas pada babnya tersendiri.Yang terpenting bagi kita sementara ini adalah mengenal tanda-tanda I’rabnya terlebih dahulu dan jangan kalian terpusingkan dengan sesuatu yang belum datang penjelasannya! Demikianlah pelajaran kita hari ini. Kita akan lanjutkan alamat ketiga dari alamat Rafa’ pada pertemuan yang akan datang insya Allah.Wallahu a’lam bish shawab.
?ditulis oleh  Abu ‘Ubaidah Iqbal bin Damiri Al Jawy, 28 Shafar 1435/ 31 Desember 2013_di Daarul Hadits_Al Fiyusy_Harasahallah]