Sabtu, 09 Mei 2015

al Ajurumiyyah : Pelajaran – 30

Matan :

قال المؤلف – رحمه الله:

    وَالْأَمْرُ: مَجْزُوْمٌ أَبَدًا.

Berkata penulis rahimahullah:

    Fi’il Amr: di Jazem (huruf akhirnya) selama-lamanya,
Penjelasan:

Perkataan penulis: Fi’il ‘Amr Majzum (di Jazem) selama-lamanya, ini menunjukan bahwa penulis berpendapat bahwa Fi’il ‘Amr termasuk Fi’il yang Mu’rab, bukan Mabni. Penulis dalam hal ini mengikuti pendapat Kufiyyun (ulama Nahwu dari Kufah).

Adapun Bahsriyyun (ulama Nahwu dari negeri Bashrah) berpendapat bahwa Fi’il ‘Amr termasuk Fi’il yang Mabni selama-lamanya. Dalam pembahasan ini, kami memilih pendapat Bashriyyun, karena lebih mudah.

Bagaimana bentuk Bina Fi’il Amr? Diatas apa dia Mabni?

Bina Fi’il ‘Amr ada empat:

    Jika Fi’il Mudhari’nya Shahih Akhirnya, yaitu Huruf akhirnya tidak bersambung dengan apapun, seperti;

يَجْلِسُ – اجْلِسْ

maka Fi’il ‘Amr yang terbentuk dari Fi’il tersebut dikatakan Mabni diatas Sukun (اجْلِسْ).

Atau bersambung dengan Nun Niswah, seperti;

يَرْجِعْنَ – ارْجِعْنَ

Maka Fi’il ‘Amr yang terbentuk dari Fi’il tersebut dikatakan Mabni diatas Sukun (ارْجِعْنَ). Adapun Huruf Nun pada akhir Fi’il tersebut adalah Nun Niswah.

Contoh dalam Al-Quran;

    {وَاذْكُرْ رَبَّكَ كَثِيرًا}
    {وَاذْكُرْنَ مَا يُتْلَى فِي بُيُوتِكُنَّ}

Dua Fi’il ‘Amr dalam kedua ayat diatas (اذْكُرْ) dan (اذْكُرْنَ) Mabni diatas Sukun dengan alasan; yang pertama karena Shahih Akhirnya dan yang kedua karena bersambung dengan Nun Niswah.

    Jika Fi’il Mudhari’nya berbentuk al-Af’alul Khamsah, yaitu bersambung dengan Alif Tatsniyah, Wawu Jama’ah atau Ya Mukhathabah, seperti;

    يَجْلِسَانِ – اجْلِسَا
    يَجْلِسُوْنَ – اجْلِسُوا
    تَجْلِسِيْنَ – اجْلِسِي

maka Fi’il ‘Amr yang terbentuk dari Fi’il tersebut dikatakan Mabni diatas Hadzfun Nun (membuang Huruf Nun).

Contoh dalam Al-Quran; :

    {كُلُوا وَاشْرَبُوا مِنْ رِزْقِ اللَّهِ}
    {فَكُلِي وَاشْرَبِي}

Fi’il ‘Amr yang terdapat dalam kedua ayat diatas (كُلُوا), (اشْرَبُوا), (كُلِي) dan (اشْرَبِي), semua Mabni diatas Hadzfun Nun, karena terbentuk dari al-Af’alul Khamsah.

    Jika Fi’il Mudhari’nya Mu’tal Akhir, yaitu Fi’il Mudhari’ yang Huruf akhirnya Huruf ‘Illah; Wawu, Ya dan Alif;

    يَدْعُو – ادْعُ

    يَرْمِي – ارْمِ

    يَسْعَى – اسْعَ

maka Fi’il ‘Amr yang terbentuk dari Fi’il tersebut dikatakan Mabni diatas Hadzful ‘Illah  (membuang Huruf ‘Illah-nya)

Contoh dalam Al-Quran;

    {ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ}

    {يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ اتَّقِ اللَّهَ}

    {وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ}

Fi’il ‘Amr yang terdapat dalam ketiga ayat diatas (ادْعُ), (اتَّقِ), dan (انْهَ), semua Mabni diatas Hadzful ‘Illah, karena terbentuk dari Fi’il Mudhari’ Mu’tal Akhir.

    Jika Fi’il Mudhari’nya bersambung dengan Nun Taukid, seperti;

    يَضْرِبُ – يَضْرِبَنَّ – اضْرِبَنَّ

Maka Fi’il ‘Amr yang terbentuk dari Fi’il tersebut Mabni diatas Fathah. Adapun Nun di akhir Fi’il tersebut adalah Nun Taukid.

Kesimpulan :

    Yang dituntut dari kita dalam pelajaran ini adalah kita mengetahui tanda Bina Fi’il ‘Amr, yaitu Mabni diatas Sukun, Hadzfun Nun, Hadzful ‘Illah dan Fathah. Adapun Istilah Nun Niswah dan Nun Taukid akan kita bahas pada tempatnya. Bacalah pelajaran ini pelan-pelan, pahami dan cermati, dengan ini semoga pelajaran hari ini bisa dipahami dengan baik.

Waffaqallahul jami’ li kulli khoirin.

Ditulis oleh Abu ‘Ubaidah bin Damiri al-Jawy, 13 Jumadal Akhir 1436/ 2 April 2015

di kota Ambon Manise