Rabu, 04 Februari 2015

10. BAB WAWU SEBAGAI PENGGANTI DHOMMAH



※ Berkata Ibnu Ajurrum Rahimahullah :

※ وَأَمَّا الْوَاوُ فَتَكُونُ عَلَامَةً لِلرَّفْعِ فِي مَوْضِعَيْنِ: فِي جَمْعِ الْمُذَكَّرِ السَّالِمِ وَفِي الْأَسْمَاءِ الْخَمْسَةِ وَهِيَ أَبُوكَ وَأَخُوكَ وَحَمُوكَ وَفُوكَ وَذُو مَالٍ.


※ Adapun wawu , ia tanda rafa’ pada dua tempat , yaitu pada jamak mudzakkar salim dan pada asma`ul khamsah, yaitu ,
 أَبُوكَ وَأَخُوكَ وَحَمُوكَ وَفُوكَ وَذُو مَالٍ.

※ Berkata Syeh Muhammad Muhyidin :

* Wawu menjadi tanda rafa’ sebuah kata pada dua tempat.

* Pertama pada jamak mudzakkar salim.
* Kedua pada asma`ul khamsah.

★ JAMAK MUDZAKKAR SALIM
Jamak mudzakkar salim adalah isim yang menunjukkan bilangan lebih dari dua dengan adanya tambahan pada akhir kata, dan isim tersebut bisa dihilangkan tambahannya dan di ’athafkan yang semisal dengannya.

* Contoh :

※ فَرِحَ الۡمُخَلَّفُونَ,

Orang orang yang tidak ikut berperang itu merasa gembira

※ لَّٰكِنِ الرَّٰسِخُونَ فِي الۡعِلۡمِمِنۡهُمۡ وَالۡمُؤۡمِنُونَ,

Tetapi orang orang yang mendalam ilmunya diantara mereka dan orang orang mukmin

※ وَلَوۡ كَرِهَ الۡمُجۡرِمُونَ,

Walaupun orang orang yang berdosa itu tidak menyukainya

※ إِنۡ يَكُنۡ مِنۡكُمۡ عِشۡرُونَ صَٰبِرُونَ,

Jika ada 20 orang yang bersabar diantara kamu


 وَءَاخَرُونَ اعۡتَرَفُوا بِذُنُوبِهِمۡ.

Dan (adapula) orang orang yang lainnya mengakui akan dosa dosa mereka


* Masing masing dari kata ,

الۡمُخَلَّفُونَ, الرَّاسِخُونَ, الۡمُؤۡمِنُونَ, الۡمُجۡرِمُونَ, صَابِرُونَ, dan آخَرُونَ

* Merupakan jamak mudzakkar salim, yang menunjukkan lebih dari dua. Dan padanya terdapat tambahan pada akhir kata yaitu huruf wawu dan nun. Dan kata kata itu bisa dihilangkan dari tambahannya untuk mengetahui bentuk tunggalnya, tidakkah engkau lihat bahwa engkau bisa mengatakan :

 مُخَلَّفٌ, رَاسِخٌ, مُؤۡمِنٌ, مُجۡرِمٌ, صَابِرٌ,dan آخَرُ.

* Semua lafazh jamak mudzakkar yang
 terdapat pada ayat-ayat diatas adalah marfu’, tanda rafa’nya huruf wawu sebagai pengganti dhammah.

* Adapub huruf nun yang terletak setelah huruf wawu adalah iwadh/pengganti dari tanwin pada ucapanmu : مُخَلَّفٌ dan kata kata yang sejenisnya dari isim isim mufrod.

★ ASMAUL KHOMSAH
Adapun asma`ul khamsah adalah lafazh-lafazh yang tertentu, yang penulis telah sebutkan, yaitu: أَبُوكَ, أَخُوكَ, حَمُوكَ, فُوكَ, dan ذُو مَالٍ.

* Asma`ul khamsah dirafa’ menggunakan wawu sebagai pengganti dhammah.

* Contoh :

※ حَضَرَ أَبُوكَ، وَأَخُوكَ، وَحَمُوكَ،

Bapakmu,saudara laki lakimu, iparmu telah datang

※ وﻧَﻄَﻖَ فُوكَ، وَذُو مَالٍ

Mulutmu dan pemilik harta telah berucap

※ هَذَا أَبُوكَ

Ini adalah bapakmu

※ أَبُوكَ رَجُلٌ صَالِحٌ.

Bapakmu seorang yang sholih ,

Allah ta’ala berfirman :

※ وَأَبُونَا شَيْخٌ كَبِيرٌ

Sedangkan bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya

※ مِنْ حَيْثُ أَمَرَهُمْ أَبُوهُمْ,

Menurut yang diperintahkan bapak mereka


※ وَإِنَّهُ لَذُو عِلْمٍ,

Sesungguhnya dia memiliki pengetahuan

※ إِنِّي أَنَا أَخُوكَ

Sesungguhnya aku ini adalah saudaramu

* Isim isim yang tersebut dari contoh-contoh diatas adalah marfu , tanda rafa’nya adalah wawu sebagai pengganti dari dhammah.

* Adapun kata setelahnya berupa dhomir/kata ganti ك ـ نا ـ هم dll atau kata مَال atau عِلْم yang terletak setelahnya adalah mudhaf ilaih.

* Ketahuilah, bahwa asma`ul khamsah ini tidak dii’rab menggunakan i’rab ini ( yakni di rofa'kan dengan wawu, di nashobkan dengan alif dan di jarkan dengan ya')  kecuali dengan syarat-syarat.

* Syarat-syarat ini diantaranya ada yang  disyaratkan pada seluruh asma`ul khamsah dan adapula yang di syaratkan pada sebgiannya.

* Adapun syarat-syarat yang disyaratkan pada seluruh asma`ul khamsah ada empat syarat.

* Pertama: isim itu berupa mufrad.
* Kedua : isim itu berbentuk mukabbarah/tidak tasghir/dibuat bentuk kecilnya
* Ketiga : isim itu berupa mudhaf/ harus di idhofahkan
* Keempat : tidak di idhafahnya kepada huruf ya` mutakallim.

* Dengan syarat bahwa isim itu harus mufrad, maka jika isim itu berupa mutsanna, jamak mudzakkar, atau jamak taksir, maka tidak di i'rab dengan i'rab ini. Jika isim itu berupa jamak taksir, maka dii’rab menggunakan harakat zhahirah/yang nampak.

* Contoh :

※ الْآبَاءُ يُرَبُّونَ أَبْنَاءَهُمْ

Bapak bapak itu mendidik anak anak mereka

※ إِخْوَانُكَ يَدُكَ الَّتِي تَبْطِشُ بِهَا

Saudara saudara laki lakimu adalah tanganmu yang dapat engkau gunakan untuk berbuat

Dan Allah ta’ala berfirman :

※ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ,

Bapak bapakmu dan anak anakmu

※ إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ,

Sesungguhnya orang orang mukmin adalah saudara

※ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَاناً

Dan jadilah kamu karena nikmat Allah sebagai orang orang yang bersaudara

* Jika isim itu mutsanna, maka dii’rabkan
 dengan i’rab mutsanna, yaitu di rofa'kan dengan huruf alif,  di nashobkan dan di jar kan dengan ya' . Dan akan datang penjelasannya sebentar lagi in sya Allah.

* Contoh :

※ أَبَوَاكَ رَبَّيَاكَ

Kedua orang tuamu telah mendidikmu


※ تَأَدَّبْ فِي حَضْرَةِ أَبَوَيْكَ

Berlaku santunlah dihadapan kedua orang tuamu

Dan Allah ta’ala berfirman :

※ وَرَفَعَ أَبَوَيْهِ عَلَى الْعَرْشِ,

Dan dia menaikkan kedua orang tuanya ke atas singgasana

※ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ.

Karena itu damaikanlah antara kedau saudaramu

* Jika isim itu jama’ mudzakkar salim, maka dirafa’ menggunakan huruf wawu sebagaimana telah dikemukakan diatas dan dinashabkan serta dijarkan menggunakan huruf ya`.

* Contoh :

※ هَؤُلَاءِ أَبُونَ وَأَخُونَ

Mereka adalah para bapak dan saudara saudara

※ رَأَيْتُ أَبِينَ وَأَخِينَ.

Saya melihat para bapak dan saudara saudara.

* Dan asmaul khomsah yang dapat dijamakkan(dengan jamak mudzakkar salim) hanyalah kata الْأَبِ dan الْأَخِ . Dan hukum qiyas mengandung konsekuensi untuk tidak menjamak apapun dari isim isim tersebut dengan jamak mudzakkar salim.Dengan syarat bentuknya mukabbarah/tidak di tasghir,Maka isim yang telah di tasghir di i'rabkan dengan harokat harokat yang zhahirah,  di rafa'kan dengan dhommah, di nashobkan dengan fathah, dan di jarkan dengan kasroh,

* Contoh :

※ هَذَا أُبَيٌّ وَأُخَيٌّ,

Ini bapak kecil dan kakak kecil

※ رَأَيْتُ أُبَيًّا وَأُخَيًّا,

Saya melihat bapak kecil dan kakak kecil

※ مَرَرْتُ بِأُبَيٍّ وَأُخَيٍّ

Saya melalui bapak kecil dan kakak kecil

* Dengan syarat berkedudukan sebagai mudhaf, maka asmaul khomsah yang tidak di idhofahkan tidak di i'rab dengan i'rab ini.Jika isim isim itu tidak di idhofahkan,maka dia di i'rab dengan harokat.

* Contoh :

※ هَذَا أَبٌ,

Ini seorang bapak

※ رَأَيْتُ أَبًا,

Saya melihat seorang bapak

※ مَرَرْتُ بِأَبٍ

Saya melewati seorang bapak

Demikian contoh yang lain

Allah ta’ala berfirman :

※ وَلَهُ أَخٌ أَوْ أُخْتٌ,

Dan dia mempunyai seorang saudara laki laki seibu atau seorang saudara perempuan seibu


※ إِنْ يَسْرِقْ فَقَدْ سَرَقَ أَخٌ لَهُ مِنْ قَبْلُ,

Jika ia mencuri maka sesungguhnya telah mencuri pula saudaranya sebelum ini

※ قَالَ ائْتُونِي بِأَخٍ لَكُمْ مِنْ أَبِيكُمْ,

Dia(yusuf) berkata: bawalah kepadaku saudaramu yang seayah dengan kamu

※ إِنَّ لَهُ أَبًا شَيْخًا كَبِيرًا.

Sesungguhnya dia mempunyai ayah sudah lanjut usia

* Dengan syarat tidak di idhofahkan dengan ya mutakallim, dengan syarat ini maka isim yang diidhafahkan kepada huruf ya` mutakallim tidak di i'rab dengan i'rab ini, namun di idhofahkan dengan harokat muqoddarah, pada huruf sebelum ya mutakallim,yang menghalangi munculnya harokat pada kata kata itu adalah  karena sibuknya kata tersebut untuk menyesuaikan harokat yang cocok.

* Contoh.:

※ حَضَرَ أَبِي وَأَخِي,

Bapak dan saudaraku telah hadir

※  احْتَرَمْتُ أَبِي وَأَخِي الْأَكْبَرَ,

Saya menghormati bapakku dan kakak laki lakiku

※ أَنَا لَا أَتَكَلَّمُ فِي حَضْرَةِ أَبِي وَأَخِي الْأَكْبَرِ,

Saya tidak berbicara dihadapan bapak dan kakak laki lakiku

Dan contoh lain ,Allah ta’ala berfirman :

※ إِنَّ هَذَا أَخِي,

Sesungguhnya ini adalah saudaraku

※ أَنَا يُوسُفُ وَهَذَا أَخِي,

Aku yusuf dan ini saudaraku

  ※ لْقُوهُ عَلَى وَجْهِ أَبِي.

Lalu letakkan dia ke wajah ayahku

* Adapun syarat-syarat yang dikhususkan pada sebagian dari asmaul khomsah,dan tidak berlaku pada sebagian lainnya, adalah kata فُوكَ tidak dii’rab dengan i’rab ini, kecuali dengan syarat ,tidak bersambung dengan huruf mim,jika bersambung dengan huruf mim, maka dii’rabkan dengan harakat zhahirah/yang nampak.

* Contoh :

※ هَذَا فَمٌ حَسَنٌ,

Inilah mulut yang bagus

※ رَأَيْتُ فَمًا حَسَنًا,

Saya melihat mulut yang bagus

※ نَظَرْتُ إِلَى فَمٍ حَسَنٍ.

Saya memandang mulut yang bagus

* Dan ini adalah syarat tambahan yang berlaku  pada kata ini, ditambah dengan syarat syarat yang telah disebutkan sebelumnya.

* Diantaranya syarat tambahan lainnya adalah pada kata ذُو , kata ini tidak dii’rab dengan i’rab ini kecuali dengan dua syarat.

* Pertama : mempunyai makna memiliki
* Kedua : yang diidhafahkan pada isim ini adalah isim jenis zhohir bukan sifat ( seperti isim fa'il,isim maf'ul dll)

Sehingga, jika kata ini tidak bermakna memiliki, namun berfungsi sebagai kata sambung, maka kata ini di mabni kan. Contoh kata ذُوْ yang tidak berfungsi sebagai isim maushul/kata sambung adalah ucapan Abu Thoyyib Al Mutanabbi

※ ذُو الْعَقْلِ يَشْقَى فِي النَّعِيمِ بِعَقْلِهِ

وَأَخُو الْجَهَالَةِ فِي الشَّقَاوَةِ يَنْعَمُ

Pemilik akal sengsara dalam kenikmatan dengan akalnya
Sedangkan orang yang bodoh dalam kesengsaraan dia bergembira

* Dan dua syarat ini adalah tambahan pada kata ذُوْ ini, ditambah dengan 4 syarat yang telah disebutkan sebelumnya.

★ Sumber :

* Terjemah Tuhfatus Saniyah Muhammad Muhyidin Hal 50 - 56

* http://ismailibnuisa.blogspot.in/2013/07/at-tuhfatus-saniyyah-penggantian-huruf.html


Tabel Ringkasan :